Bagian Lima

39.2K 3.8K 39
                                    

BAGIAN LIMA, INTERAKSI YANG TIDAK DIHARAPKAN

*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*

"Jov."

Suara rendah Duke mendadak menghentikan langkah wakil pimpinan ksatria Aslett tersebut.

Joviette balik badan, gugup setengah mati. "Ya, Tuan Duke."

"Kau mencari sesuatu?"

Rasa mencekik di leher tak tahan membuat Joviette refleks menelan ludah. "Ti-tidak."

Netra elang Duke Gestan melirik sesuatu yang bergerak di bawah bantalnya. "Lalu bagaimana kau akan menjelaskan itu?"

"I-itu, sepertinya Anda kelelahan sehingga salah lihat? Ahehe."

Kemudian sebuah tangan gemuk menyembul keluar.

Sial. Joviette mengernyit pahit. Lala malah menggeliat saat Tuan Duke sedang memperhatikan. Bagaimana cara dia menjelaskan situasi ini?

Mengatakan bahwa Lala adalah anak yang dipungut Margrave? Tidak, Tuan Duke pasti akan langsung menendangnya keluar kastil.

Atau mengaku saja dirinya juga tidak tahu apa-apa? Yang ini malah lebih parah. Bisa-bisa Tuan Duke mengira Lala mata-mata musuh dan membunuhnya dalam sekali tebasan.

Setelah dipikir-pikir, sepertinya pilihan pertama jauh lebih aman. Kalaupun Lala benar-benar diusir, dia bisa membawa Lala ke rumah adiknya untuk diadopsi.

Daripada menunggu orangtua Lala yang entah menginginkan Lala atau tidak, bukankah lebih baik membawa bocah mungil itu kepada adiknya yang jelas-jelas akan merawatnya penuh kasih?

Joviette menjatuhkan lutut memohon ampun sekaligus demi kelancaran rencana pertamanya. "Maafkan atas keteledoran saya, Tuan Duke. Anak itu sebenarnya telah diijinkan Mar-,"

"Itu peliharaan saya."

Suara familiar dari luar pintu menginterupsi intimidasi Gestan pada Joviette.

"Anak itu adalah peliharaan saya. Jangan usik dia," lanjut Danzel membuat seisi ruangan senyap berkat kata-katanya yang sulit dipercaya.

Tuan Muda yang tidak mempedulikan siapapun bahkan ketika Tuan Duke membunuh pelayannya tanpa alasan itu ikut campur? Ekspresi tercengang mereka mengatakan demikian.

Atensi Gestan beralih ke Danzel yang dia tetapkan sebagai ahli warisnya. "Kau, sejak kapan menaruh minat pada manusia?"

Danzelion meringis. "Jangan mengatakan seolah-olah saya ini bukan manusia, Duke."

"Hentikan karanganmu."

"Saya tidak mengarang," bantah Danzel dengan pandangan lurus ke arah Duke.

"Aku bisa mencarikanmu budak yang lebih berguna," tawar Gestan, tak sudi kastilnya ditinggali oleh makhluk asing yang bukan pilihannya.

"Saya hanya mau dia. Tolong turuti PERMINTAAN saya yang satu ini." Danzel sengaja menekankan kata 'permintaan' agar Duke tidak punya pilihan selain menurutinya.

Saat ditetapkan sebagai penerus Aslett, Danzel menandatangani surat perjanjian dengan Duke. Dalam surat perjanjian tersebut, Duke harus bersedia mengabulkan segala permintaan Danzel tak peduli meski keinginannya membuat langit runtuh.

Tapi, demi apa Danzel menggunakan kesempatan itu untuk menyelamatkan Lala?

Bukankah Danzel tak pernah menunjukkan ketertarikan pada Lala? Apalagi cara dia membujuk Tuan Duke seolah menetapkan bahwa Lala adalah miliknya.

Sebelum memutuskan, Gestan melihat ke arah bantal sekali lagi. Bantal itu ia singkirkan dengan sekali lempar. Spontan sebelah alis legamnya terangkat naik.

Sosok Labelina meringkuk tidur dengan nyaman sembari menghisap jempol.

Seekor ..., bayi?

Melihat pemandangan balita dengan pose kucing itu sekilas, sang Duke bertanya dalam hati kelebihan apa yang dimilikinya sampai Danzelion menaruh minat.

Ketertarikan Danzel tidak mungkin bertahan lama. Begitu bosan, dia akan segera membuangnya.

"Pastikan dia tidak menggangguku," final Duke tanpa menoleh ke belakang. Dengan kata lain, 'ku ijinkan'.

Wajah orang-orang yang selama ini tunduk pada kelucuan Lala menjadi cerah. Helaan nafas lega menyertai mereka.

Danzel tak banyak bereaksi. Tujuannya menolong Lala juga bukan karena sesuatu yang besar. Hanya sedikit penasaran mengapa Baldwin mengagung-agungkan adik sampai dia menjadi begitu bodoh.

Mengakui Lala sebagai peliharaan lebih baik ketimbang adik. Toh, mereka tidak memiliki hubungan darah.

"Terima kasih, Tuan Muda," bisik Joviette berlalu dengan wajah sumringah, "saya pasti akan membalas Anda suatu hari nanti."

Joviette lekas membopong Lala menjauhi Tuan Duke sebelum pria itu berubah pikiran. Guncangan kecil yang tak terhindarkan membuat alam bawah sadar Lala terusik.

Manik biru yang lebih mencolok dari safir itu pun pelan-pelan terbuka dengan berat.

Meskipun buram, Lala yang bersandar di ceruk leher Joviette dapat melihat seorang pria tinggi terus memperhatikannya hingga mereka keluar kamar.

Etan?

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang