Bagian Empat Belas (4)

36.3K 4K 265
                                    

"Gestan, kau ..., buat apa kau bawa boneka?" heran Delzaka.

Netra biru gelap itu membelalak tak percaya.

Baru lima menit menginjakkan kaki di kastil, dia sudah dikagetkan dengan sosok Gestan yang menahan boneka kelinci di lengannya.

Anehnya, mata boneka itu sempat berkedip dua kali!

Sebelum itu, mari kita putar ulang ke beberapa saat yang lalu.

Hari ini, Margrave kembali. Entah ada urusan apa pria tua itu sampai harus meninggalkan kastil dan manornya berhari-hari.

Sebetulnya, bukan hal jarang Delzaka melakukan tugas luar. Tapi baru kali ini Margrave pergi sedemikian lama. Makanya, Duke bermaksud menghadang kedatangannya untuk meminta kejelasan.

Seperjalanan Duke menuju gerbang utama, secara kebetulan ia mendengar suara Lala di balik dinding. Entah dia mengobrol dengan siapa.

"Butan! Yang benal cepelti ini, loh!" cadelnya.

Apa yang mereka bicarakan sampai dia menggebu-gebu begitu?

Penasaran, pria dengan kemeja gelap dan luaran vest press body itu menengok dari jendela koridor. Rupanya, Lala tengah bermain dengan seekor elang.

Duke memutuskan mampir sejenak, menyandarkan siku di bingkai terbuka tersebut untuk memergoki mereka.

"Oh, jadi begitu, ya. Daripada menemui Tuanmu dulu, kau lebih memilih orang lain, Luke."

Bak pencuri yang tertangkap basah, Lucress tersentak. Dia langsung dapat mengenali suara rendah itu walau tak melihat orangnya.

Padahal Gestan berharap mengetahui informasi tentang kalung thalasa sesegera mungkin, tapi rupanya si Pengantar Pesan malah bersantai-santai sebelum menyelesaikan tugas.

"K-kwak kwak~, kwak."

Atensi dingin Duke tak berubah meski Lucress mencoba bersikap manis. "Tidak ada gunanya merayuku, Unggas."

Lucress membatu, serasa tertikam panah fantasi.

Oh, tidak. Jika Duke sudah menyebutnya demikian, maka tidak ada ampun lagi baginya. Dengan kata lain, sehari tanpa daging segar!

"Krr-krr," sesal Luke, menunduk lesu.

Sosok kecil dengan balutan hangat tiba-tiba berlagak bak pahlawan, menyelip diantara manusia dan burung itu sembari merentangkan lengan.

"Janan malahi Lulu, Dyuk! Lulu tak becalah!" gertaknya, mengerahkan tenaga ekstra agar terlihat garang.

Duke merotasikan iris abunya ke bawah.

Lebih tepatnya, ke arah bocah bantat dengan telinga panjangnya yang menegak ke atas.

Kelinci?

Ketimbang meladeni cicitan galak tersebut, Duke justru salah fokus pada tampilan Lala sekarang. Kupluk karekter hewan yang terikat di bawah dagunya membuat mata bulat dan pipi itu kian besar.

Mungkin, karena temperatur sudah mulai menusuk tulang, Sona dan Natelia memakaikannya baju yang mampu menghalau dingin.

"Kau membentakku?" tanya Duke, memastikan.

Kalau iya, berarti dia tidak salah membaca ekspresi lucu barusan.

"Eung! Kalna Dyuk memalahi Lulu!"

"Memarahi siapa?"

"Lulu!"

Jadi, yang waktu itu dia bicarakan adalah Lucress? "Lulu. Dia caaaangat becaaaaal. Lebih becal dali Yeti. Bulunya banyak. Dia cuka mamam ikan. Lalinya kencang." 

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang