Bagian Tiga

44.9K 3.6K 23
                                    

BAGIAN TIGA, NENEK BIJAK YANG TAK PERNAH KEHILANGAN ARAH

*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*

Kini, Diana dan Delzaka minum teh bersama di kanopi yang berseberangan dengan lapangan. Dari tempat teduh itu, Delzaka dapat sesekali mengawasi para ksatrianya berlatih sembari berbincang.

"Anak yang cerdik." Diana Delta tak henti-hentinya memuji sosok Lala yang dengan berani menagih imbalan atas bantuan kecilnya.

"Tidakkah menurutmu dia terlalu mata duitan?" sanggah Delzaka tak sependapat. Lihat saja ukuran bocah itu. Baru sebesar ibu jarinya, tapi dia sudah begitu perhitungan. Bagaimana saat sudah dewasa nanti?

"Apa salahnya menjadi perhitungan? Memang agak terlalu dini, tetapi itu bagus untuknya. Artinya dia tahu bagaimana cara dunia bekerja."

Meski perkataan Diana cukup masuk akal, Delzaka tetap merasa janggal. Ada yang tidak beres dengan si Buntal. Bagaimana bisa bocah yang belum lama lahir sudah begitu paham betapa pentingnya harta dan imbalan? Delzaka sangat risau sampai tak menyentuh cangkir tehnya sama sekali.

"Kak, siapa anak itu sebenarnya?" Diana tentu tak bisa melewatkan sosok Lala begitu saja. Melihat mata bocah itu pertama kali langsung membuat dia teringat akan Hara. Sempat terbersit dipikirannya apakah ponakannya itu akhirnya kembali ke kastil.

"Hanya anak tersesat yang ku bantu carikan orang tuanya," singkat Delzaka.

Sejak kapan Margrave mengijinkan anak tersesat tinggal di kastil? Paling-paling dia cuma membawanya ke panti asuhan kalau menjumpai kasus serupa. "Ohoo ..., yakin hanya itu? Bukan karena dia mirip anakmu?"

Delzaka mendecak lidah. Bertemu Diana adalah suatu kesialan baginya. Wanita itu selalu pandai melontarkan kalimat-kalimat yang membuatnya mati kutu. "Mirip apanya?! Dia saja dekil begitu!"

"Oh, ya?" Cara Diana merespon menunjukkan bahwa ia sama sekali tak mempercayai ucapan Delzaka. "Margrave yang malang. Kau tidak pandai berkilah. Sampai pita suaramu meledak pun aku tidak akan percaya."

"Aku tidak bohong! Aku cuma memungutnya di hutan. Ku ijinkan dia kemari karena dia telah memberitahuku lokasi perdagangan ilegal."

"Ku kira hal seperti itu sudah tidak ada di sini."

"Ku pikir juga begitu. Agaknya aku terlalu lengah akhir-akhir ini."

Lengah? Diana menyesap tehnya dalam diam. Betapa hebatnya sang Margrave masih berpikir dirinya lengah. Siapapun tahu setajam apa pengawasan pria itu. Dia bak elang yang tak pernah beristirahat.

"Jadi, belum ada kabar mengenai orangtuanya?"

Sayangnya, belum. Setelah menyebarkan pengumuman ke seluruh pelosok wilayah, tidak ada yang mengaku kehilangan anak. Ada beberapa, namun deskripsi fisik anak mereka jauh berbeda dari penampilan Lala.

"Aku akan menyebarkan pengumuman ke lingkup lebih luas."

"Bagaimana kalau orangtuanya memang sudah tidak ada?"

"Tentu ..., aku akan memulangkannya ke panti asuhan."

"Kenapa tidak kau suruh adopsi putramu saja?"

"Anak yang dinginnya minta ampun itu? Cih! Ku paksa menikah saja tidak mau!"

Bisa terbayang sekeras apa pria yang sudah berusia matang itu menolak permintaan Delzaka mentah-mentah. Dia pasti tak memikirkan harus memiliki keturunan sebab sudah ada Danzelion yang menjadi ahli warisnya.

Danzel memang tidak memiliki darah Aslett sama sekali. Namun, sang Duke yang berkuasa atas duchy saat ini tidak keberatan menurunkan gelarnya pada anak remaja itu.

"Kalau begitu kau saja yang mengadopsinya."

"Buat apa?"

"Buat apa, katamu? Kau, kan, ingin cucu yang mirip Hara."

Benar. Itu dulu sebelum Hara tertangkap basah berkencan dengan seorang petinggi kerajaan musuh dan berakhir diusir oleh Delzaka.

"Sekarang tidak lagi. Aku tidak mau ada jejaknya tertinggal di kastil ini."

Diana menatap kakaknya prihatin. "Kau tidak mengkhawatirkan putrimu sama sekali?"

"Hentikan omong kosongmu, Diana! Sudah ku bilang aku tidak mau membicarakannya lagi," gertak Delzaka menggebrak meja.

Kejadian enam tahun silam bukan hal yang mudah dimaafkan Delzaka. Kala itu, terjadi serangan dadakan oleh Kerajaan Atlanika, musuh bebuyutan Kerajaan Baltenas. Sekitar tiga ribu nyawa terenggut dengan sia-sia.

Beruntung pasukan Baltenas dapat mendorong prajurit Atlanika mundur di bawah komando Duke Aslett saat ini. Berdasarkan hasil penelusuran, mereka menyusup melalui jalur rahasia.

Kemudian terkuaklah Hara yang waktu itu menolak semua lamaran yang ditujukan padanya, ternyata menjalin hubungan asmara dengan seorang pria Atlanika. Mengetahui hal tersebut, Delzaka marah besar.

Pasalnya, lelaki yang dikencani Hara bukan orang biasa. Dia memiliki status tinggi di Atlanika, yang mana hubungan terlarang diantara mereka membuat Hara dicurigai telah membeberkan jalur rahasia.

Delzaka pun memaksa Hara melepaskan kekasihnya. Alangkah baiknya bila Hara menurut. Sang Ayah siap melindunginya dari segala macam tuduhan karena pria itu percaya Hara bukan pengkhianat.

Kendati demikian, nyatanya Hara lebih memilih dicap sebagai pengkhianat daripada berpisah dari orang yang dicintainya. Rasa kecewa Delzaka pun tak terbendung lagi. Dia mengusir Hara dan menghapus gadis itu dari silsilah keluarga.

*****

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang