Bagian Sepuluh (3)

27.5K 2.7K 20
                                    

"Maaf, Tuan Muda. Bukan itu masalahnya. Tapi, toko ini sejak awal memang milik Tuan Duke."

Danzel tertegun.

Namun, bukan berarti dia menyerah semudah itu.

Setelah mengunjungi pengrajin, Danzel membawa Lala ke toko mainan terbesar Aslett. Lala dipaksanya mengambil banyak mainan mahal. Tapi si kecil itu sudah terlanjur cinta buta pada harta karunnya, sehingga dia tidak tertarik pada yang lain.

"Cek ini, aku beli tokonya atas nama Duke."

Sama halnya dengan toko pengrajin, karyawan di toko mainan juga menolak karena toko tersebut sudah menjadi milik Duke. Katanya, anak bernama Lala dengan gigi kelinci dan rambut jamur diperbolehkan mengambil apapun tanpa membayar.

Baiklah, baiklah. Tidak apa-apa, masih ada tempat lain.

Lantas, Danzel menuju Centauri Gold, perbankan elit yang nasabahnya sebagian besar berasal dari kaum kelas atas. Kabarnya, pemilik bank tersebut adalah bangsawan tua yang tidak memiliki penerus. 

Danzel berpikir untuk membelinya dengan uang Duke. Tapi, lagi-lagi itu tidak sesuai kehendaknya.

"Maaf, Tuan Muda. Direktur sudah sepakat Centauri Gold akan diserahkan pada Duke Aslett selaku pemilik tanah."

Danzelion tertawa hambar. Saking hambarnya sampai membuat orang-orang tertekan. "Adakah toko yang belum kita kunjungi?"

"Senorita Bliss, Tuan Muda. Lala membutuhkan baju baru," sahut Sona. Butik Senorita Bliss merupakan toko busana yang sudah bermitra dengan Aslett sejak beberapa tahun lalu.

Danzel meremas selembar kertas yang diberikan Duke dengan perasaan dendam tak tertahankan.

Duke keparat laknat sialan itu!

Apa gunanya memberi cek kosong kalau seluruh toko St.West ternyata adalah miliknya?

*****

Di sela ketegangan rapat, orang-orang merinding ketika sebelah sudut bibir Duke tiba-tiba tertarik ke atas.

Pasti 'dia' sedang kesal sekarang, batinnya puas membayangkan kejengkelan seseorang.

Duke sengaja memberi jebakan karena tahu Danzel akan memberontak dengan cara demikian.

"Tu-tuan Duke, apa kami melakukan kesalahan?" Salah satu peserta rapat memberanikan diri bertanya daripada nasib mereka sial.

"Tidak. Lanjutkan saja."

Saat menangkup tangan di atas meja, Gestan baru sadar ada sedikit memar di pergelangan tangannya. Ini-,

"Yipiiii!"

Ah, yang tadi.

Entah mengapa tubuhnya tiba-tiba bergerak sendiri sampai tak sadar lengan yang dia gunakan untuk mencengkram bagian kereta terluka.

Mungkin, aku spontan menolong karena merasa berhutang padanya. Ya, sebatas itu saja. Tak lebih dan tak kurang.

*****

"Anda ingin pergi kemana?"

"Cuma berkeliling sebentar. Jangan ikuti aku."

"Tapi, Tuan Muda-,"

"Aku akan kembali tepat waktu." Danzel keluar dari butik Senorita Bliss untuk mencari kesenangan. Ia bosan setengah mati melihat baju berkilau dimana-mana.

Helaan nafas panjang menyertai Joviette. Betapa sulitnya menghadapi anak laki-laki di fase memberontaknya.

Ya, sudahlah. Toh, tidak ada yang perlu dikhawatirkan meskipun Tuan Muda sendirian. Justru kalau dia diancam malah nasib penjahatnya yang akan sial.

Joviette membenahi letak selimut Lala ketika balita itu menggeliat di sela tidurnya. Pipi tembamnya bergerak lucu saat ia menghisap jempol sendiri.

"Haha, squshi ini gemas sekali! Squishii, squshiii!"

"Sir Joviette."

"Y-ya?" Kegemasan Joviette terjeda ketika Natelia memanggil.

"Aku dan Sona agak kesulitan memilih baju untuk Lala. Bisakah Sir bantu memilihkan mana yang menurut Sir Joviette lebih baik?"

"Tentu." Joviette beranjak bergabung dengan mereka. Dia membuka katalog satu per satu dari awal hingga akhir sementara Sona dan Natelia sibuk berdebat.

"Aku lebih suka dengan gaun yang lucu. Seperti bandana telinga hewan atau baju berbulu dengan ekor bulat kelinci," tegas Natelia.

"Tidak, Lala harus tampak elegan dengan gaun berwarna cerah dan mewah. Itu akan menunjukkan seberapa berkelasnya tamu Tuan Duke." Sona lebih tegas lagi.

"Sona, Lala masih anak-anak. Dia harus menggunakan sesuatu yang imut demi kesehatan mata kita!"

"Tidak! Dia harus kelihatan anggun dan elegan!"

Di sela pertikaian itu, Joviette seperti orang bodoh karena mencari sesuatu yang jelas-jelas tidak ada di katalog.

"Sir Jov!"

"Hah? I-iya, apa?"

"Siapa yang Sir Joviette pilih?!"

"Maksudnya?"

"Sir pilih siapa?! AKU ATAU SONA?!" tanya Nana berapi-api.

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang