Bagian Enam Belas (4)

35.9K 3.6K 335
                                    

Margrave yang berhadapan dengan Danzel dan Lala melempar pandangan menuntut pada Duke di posisi ujung. Gestan sadar akan tatapan menusuk tersebut, tapi dia memilih diam.

Pasti soal bentuk meja ini. Karena memperhatikan tingkat kedudukan di kastil, Margrave jadi tidak bisa bersebelahan dengan orang yang ingin dia dekati.

Persegi panjang sialan.

Ini menjadi kali pertama mereka makan bersama dengan anggota lengkap. Tentu saja ditambah tamu kecil Aslett, meski dia harus memakai kursi mini berkaki tinggi karena cuma kelihatan poninya saja saat duduk di bangku orang dewasa.

Danzelion tak berhenti menertawakan itu saking lucunya tadi.

Begitu semua telah terkondisikan, Duke menyantap hidangan di piringnya sebagai pengawalan. Sepantasnya bangsawan, bunyi dentingan dari piring mereka sangat minim, kecuali Lala yang paling banyak menimbulkan suara tang-ting-tang-ting.

Yah, wajar. Dia, 'kan, masih belajar mengendalikan sendok garpu bergagang wortel itu.

Ah, omong-omong soal wortel, agak memalukan jika ketahuan pilih-pilih makanan, sehingga Duke dengan tenang menyembunyikannya di balik saus tomat agar terlihat natural.

Sedikit berbeda dari Danzel yang secara terang-terangan menunjukkan tatapan membunuh pada sayur oranye itu seolah mereka adalah musuh bebuyutan.

Margrave terkekeh menyadari kesamaan mereka. "Haha, apa kalian saudara kembar dikehidupan sebelumnya?" ledek Margrave, puas melihat wajah kesal Duke dan Danzel.

"Memalukan. Lihat dia, baru lahir saja sudah pandai makan apa saja." Delzaka menunjuk ke arah Lala yang mengunyah segala macam sayuran.

Nyam nyam nyam nyam nyam. Dua pipi penuhnya bergoyang-goyang.

Selesai menelan, Lala ikut berargumen sambil menodongkan sendok wortel ke arah Delzaka. "Ung. Wotel itu baik utuk mata. Kalau tak mamam wotel bica buta."

Sontak, ketiga atensi beralih ke Lala.

Buta? Darimana dia tahu kata itu? Kedengarannya terlalu sadis bila Lala yang mengatakannya.

"Puahahahaha, kau benar, Buntal. Aku setuju denganmu. Biarkan saja mereka buta!"

Puluhan tahun membaur bersama pria-pria kasar di medan perang, Margrave justru merasa bangga Lala meniru ciri khas itu.

Sejak kapan mereka sefrekuensi? batin Duke dan Danzel, terbakar oleh rasa dengki.

Kehangatan yang sempat padam di kastil mulai sedikit demi sedikit hidup kembali. Entah sadar atau tidak, sebagian besar itu berkat kedatangan Labelina yang menyatukan mereka.

Yeah, meski dia adalah anak nakal yang gemar makan dan mata duitan.

Pria pemilik gelar Duke yang menjadi korban pemerasan tersebut mengulum senyum diam-diam.

"Kakak, ayo makan bersama Ayah. Makan akan jauh lebih enak kalau ada temannya, loh," ajak gadis cantik itu, menarik lengan Gestan sambil mengerling genit padanya.

Seperti kata Harazelle, rupanya wortel jika disantap saat makan bersama rasanya tidak buruk juga. 

"Gestan, tentang potret yang kita rencanakan, sepertinya akan terlambat datang," lapor Margrave ketika tiba waktunya makanan penutup disajikan.

"Tidak apa-apa. Saya sudah tahu akar masalahnya."

Ini sungguh diluar prediksi mereka. Bagaimana tidak? Binatang buas yang seharusnya hidup tenang di kawasan rimba, tiba-tiba melewati perbatasan dan mendekati pemukiman warga.

Pengantaran potret Harazelle yang hendak diperlihatkan pada Lala pun menjadi tertunda. Meskipun tidak menyerang, para ksatria dikerahkan untuk memulangkan mereka lebih dulu ke habitatnya demi keselamatan penduduk.

Sejinak apapun mereka bertingkah, binatang tetap binatang. Insting predator mereka bisa muncul kapan saja.

"Aku sebenarnya sudah merasa janggal sejak kepulanganku tempo hari. Waktu itu kau tahu aku sedikit terlambat, 'kan? Itu karena kami diikuti beruang."

"Dia menyerang?"

"Tidak. Anehnya, dia cuma mengikuti. Tapi tetap saja warga menjadi cemas, makanya kami giring dulu dia ke tempat jauh."

Padahal hutan rimba tempat berkumpulnya rantai makanan teratas tidak mengalami bencana atau kerusakan yang membuat para binatang itu bermigrasi. Tetapi, mereka dengan mengherankannya keluar dari hutan secara masal seolah-olah sudah bersekutu demi tujuan tertentu.

Selagi Danzel dan Lala sibuk berdebat, Margrave mengajukan pertanyaan yang lebih sensitif mumpung mereka baru saja membicarakan terkait potret Hara. Dengan serius dan perlahan tentunya.

"Gestan, ini untuk berjaga-jaga. Andai anak itu benar-benar putri Hara, apa yang akan kau lakukan?"

"Saya berencana menaklukkan Henvitas," sahut Duke cepat.

"Uhuk-uhuk!" Margrave nyaris mati tersedak gara-gara celutukan Gestan barusan. Dia cepat-cepat menenggak air yang disuguhkan putranya sampai rasa gatal menyakitkan itu reda. "Kau bercanda?!"

"Tidak." 

"Kau sungguh menginginkan kampung halaman mendiang Ibu Suri?"

"Ya."

Atlanika merupakan wilayah yang sangat tertutup. Informasi tentang mereka sulit digali. Meskipun begitu, Henvitas menjadi tempat paling strategis untuk mengawasi daerah Atlanika dimana Harazelle sekarang tinggal.

Tidak ada penguasa yang begitu tertarik menaklukkan Henvitas karena selain miskin dan gersang, peradaban di sana cukup tertinggal. Mereka menganut ajaran aneh yang menerangkan bahwa menyaingi kesempurnaan dewi adalah dosa.

Sudah lama Duke mengincar dan meminta ijin pada Raja untuk mendapatkan wilayah itu. Namun, Raja yang begitu menyayangi mendiang Ibu Suri terus menolaknya.

Tak menyerah, Gestan coba kerahkan cara lain untuk membujuk, termasuk dengan menghadiahi arsip kuno yang ia dapatkan beberapa waktu lalu. Sayang sekali, kertas itu rusak oleh Lala sebelum sampai ke tangan Raja.

Duke menjelaskan secara singkat pada Margrave hingga pria tua itu mengangguk paham.

"Lalu trik apa lagi yang akan kau gunakan?"

"Kesepakatan. Saya akan buat kesepakatan dengan Henvitas."

Jika Raja tidak mengijinkannya menginvasi Henvitas, maka Duke akan mencoba cara yang lebih sopan, yakni mengajukan kesepakatan dengan mereka. Baginda tidak akan keberatan bila penguasa Henvitas pun menyetujuinya.

"Baiklah, aku mengerti. Katakan padaku jika kau butuh bantuan," tukas Margrave, tak menentang lagi.

"Tentu. Anda saya percayai menjadi perisai Aslett seperti biasa."

Sekejam-kejamnya cara Gestan memimpin, Delzaka tahu pria itu tidak mungkin mempertaruhkan nyawa rakyat tak bersalah dengan membuat keputusan ceroboh yang riskan menimbulkan Raja marah.

"Tapi, kau tetap harus bertindak hati-hati. Henvitas berisi orang-orang kolot yang memiliki kepercayaan aneh," imbuh Margrave, mengetahui senekat apa penduduk Henvitas meskipun itu adalah wilayah netral.

"Mereka bahkan masih suka mengorbankan wanita tak bersalah untuk dijadikan persembahan."

To be continue...

*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*

Guys, Bher bikin reels di ig. Mampir, ya. Ada spoiler Lala lho disana😎

Sama kalian kalau punya kawan, sepupu, anak, cucu, musuh bebuyutan, tolong sebarkan cerita ini, ya. Kapanpun dan dimanapun kalian pergi.

Biar semua orang dewasa tahu mereka harus hati-hati sama bocil😄

Tengkyu n si yu neks taim!

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang