Bagian Delapan Belas (2)

15.4K 2.2K 34
                                    

Ketika gadis itu mendadak tersandung kaki sendiri, niat Gestan mengikuti dalam diam akhirnya gagal.

Dengan tangkas, lengan kekar sang Pemuda bergerak melingkari pinggang Harazelle. Hentakan samar yang timbul diantara keduanya pun mengakibatkan penutup kepala milik si gadis kandas.

Untaian rambut yang tadinya bersembunyi dengan baik mau tidak mau terungkap kala ikal panjangnya terurai bebas.

Harazelle membelalak kaget. Sampai-sampai kesadaran gadis itu pulih biarpun rona merah akibat pengaruh alkohol masih menghiasi parasnya.

Sial, umpat Gestan dalam hati. Dia tidak berniat ketahuan secepat ini.

Gestan lekas menariknya berdiri tegak. Berusaha ia palingkan wajah itu ke arah lain saat Hara menatapnya lekat-lekat.

"Si, siapa?" Satu pertanyaan yang keluar dari bibir ranum Hara membuat Gestan terkesiap.

"...,"

Dia mabuk atau memang sudah lupa? Respon Harazelle barusan tak lagi membuat Gestan berupaya menyembunyikan diri. Dia balas sorot biru itu hingga kontak mata mereka terjalin cukup lama.

"Menurutmu siapa?" tanya Gestan, membuyarkan Hara yang sempat terpana.

"Pegawai ..., baru?"

Urat kejengkelan muncul di kening Gestan tanpa bisa dia tahan. Baiklah jika kau tidak mengenaliku. Dia akan mengikuti permainan Harazelle dengan senang hati.

"Benar, Nona Pelayan."

"Huh?"

"Kenapa? Apa aku salah?"

Butuh beberapa saat sampai Hara sadar dirinya memang sedang menyamar. "Ah! Tidak! A-aku memang pelayan. Aku pelayannya Nona Hara," kilahnya dengan pupil mata bergetar gugup.

Lucu sekali. Orang jujur tidak akan membantah sekeras itu, Hara.

"Anu ..., te-terima kasih sudah menolongku! Aku janji akan membalas kebaikanmu kalau kita bertemu lagi." Hara membungkuk cepat sebelum ia berlari melarikan diri.

Penutup kepala dengan wangi vanilla adalah satu-satunya yang tertinggal di genggaman Gestan selagi punggung ramping itu menjauh menapaki lorong sunyi.

Tentu saja, sembilan tahun bukan waktu yang singkat bagi anak-anak. Karena ketika mereka beranjak dewasa, kenangan masa kecil hanya akan membekas samar di ingatan mereka.

*****

Lala menghela napas, duduk meleyot di atas kuda-kudaan kayu seperti kehilangan semangat hidup. Akhir-akhir ini, dia merasa sangat bosan.

Belajar bersama Nenek Diana? Sudah.

Mengekori kemanapun Yeti pergi? Sudah.

Mengganggu Anzel? Sudah.

Membuat kue dengan Sona dan Nana? Sudah.

Mengawasi Lulu yang gemar menjahili rekan-rekan kecilnya? Sudah.

Labelina sudah muak menjalani itu semua sampai rasanya ingin muntah. Dia butuh sesuatu yang menyegarkan saat ini. Seperti uang. Atau uang.

Duke sudah berjanji akan memberinya hadiah begitu ia pulang. Namun, orang itu tidak kunjung kembali. Padahal, Lala sudah tak sabar menunggu setiap hari.

Jika Duke nanti datang, artinya Paman Joviette datang juga. Lala ingin main kuda-kudaan dengan Paman lagi. 

Ia lebih suka naik di punggung Paman. Karena bagi si bocah yang belum lama lahir itu, kuda-kudaan kayu ini terlalu kekanak-kanakan.

"Hei, Buntal."

Ketukan pintu disusul suara berat seseorang menginterupsi Lala. Dia pun menoleh ke ambang luar. "Alo, Yeti."

"Kenapa kau terlihat lesu begitu?" tanya Margrave dengan alis kelabu menukik heran.

"Lala bocan."

"Kebetulan. Ada berita baik untukmu."

"Apa?"

Lonceng besar di benteng tanda kepulangan anggota keluarga baru saja dibunyikan. Beberapa menit lagi rombongan mereka pasti akan memasuki kastil.

Siapa lagi kalau bukan Duke Aslett yang sudah lama ditunggu-tunggu si kecil?

"Gestan telah kembali," ungkap Margrave terus terang.

Bahu yang tadinya beringsut langsung menegak antusias. "Benalkah?!"

"Tentu saja. Buat apa aku membohongimu?"

"HOLEEE!!" sorak Labelina, tanpa pikir panjang langsung menghambur memeluk kaki Delzaka.

"Kau sesenang itu?"

"Ung!" Lala sudah tak sabar menerima hadiah dari Duke. Kira-kira apa, ya? Uang, kah? Koin emas? Atau benda berkilau yang cantik?

"Ayo! Ayo, Yeti!"

Satu langkah Margrave setara dengan lima langkah Lala, sehingga pria itu berjalan normal pun sudah cukup menyusul larinya si kecil.

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang