Bagian Dua Belas

27.6K 2.8K 8
                                    

BAGIAN DUA BELAS, BERSIKAP WAJARLAH SEPERTI ANAK KECIL

*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*
*.*

"Sebenarnya, ini masih belum pasti. Tapi berdasarkan pemeriksaan saya, sejauh ini Lala menunjukkan gejala yang sama dengan anak-anak korban percobaan ramuan versat di Lembah Sabana."

Pikiran Duke berkecamuk selagi langkah panjangnya menyusuri penjara bawah tanah. Dimana letak kesalahannya? Padahal semua variabel yang berpeluang dapat menyebarkan ramuan versat sudah dia amankan.

Berpikir bahwa obat terlarang itu justru berhasil menyusup ke kastilnya sendiri adalah hal memalukan bagi Gestan.

Setibanya di depan sel tempat Miguelis ditahan, Duke mengeraskan rahang. Jangan sampai ia kehilangan kendali dan membuat Miguelis mati sebelum ia mendapatkan informasi.

Ketika pintu sel dibuka oleh seorang sipir, seruan Miguelis langsung berkicau nyaring. "Du-Duke, akhirnya Anda datang!"

Duke menduduki kursi di hadapan Miguelis yang telah disiapkan bawahan. Dari jarak sedekat ini, kondisi pria berkumis tipis itu terlihat jelas.

Dia masih mengenakan baju yang sama dengan terakhir kali mereka bertemu. Bedanya, kali ini dia seperti habis keluar dari kuburan. Jauh dari kesan elegan seorang bangsawan.

"Bagaimana kabarmu, Miguelis?" tanya Duke berbasa-basi.

Padahal dengan sekali lihat saja Miguelis tampak mengenaskan. Beberapa tulang pria itu sepertinya patah gara-gara insiden jatuh dari lantai tiga tempo hari.

"Tolong lepaskan saya, Duke! Saya benar-benar tidak melakukan kejahatan! Saya bersumpah tidak memasukkan abokran dalam ramuan versat!"

Ya, Miguelis memang terbukti bersih dari transaksi abokran. Tapi, setelah Tenz menguji bahan bakunya dengan cara yang lebih rumit namun memberikan hasil yang lebih akurat, kandungan bunga versat sebagai bahan utama ramuan ternyata mengandung zat yang menyerupai abokran.

"Aku tahu. Tapi, apa kau benar-benar bisa membaca aksara peri?"

"A-apa maksud Anda?! Tentu saja bisa! Saya sudah bekerja dengan Anda selama lima tahun! Mana bisa saya menipu Anda?"

Fisiologis tubuh peri mirip dengan manusia. Mereka juga tidak tahan dengan kandungan abokran. Seharusnya jurnal ramuan versat yang mereka buat ada penegasan bahwa dalam bahan baku versat mengandung zat terlarang.

Jika Miguelis tak menemukan adanya penjelasan penting tersebut, artinya dia tidak mampu membaca aksara dengan sempurna.

"Tentu saja aku percaya padamu." Duke sengaja menyembunyikan kecurigaannya karena malas berdebat.

"Benar, 'kan? Anda sendiri pernah melihat betapa mumpuninya saya saat menerjemahkan buku mereka di depan Anda!"

"Ya. Tapi fakta kau telah mendestribusikan versat tanpa seijinku tetap mengecewakan."

Tembakan barusan hampir membuat Miguelis mati kutu.

"I-itu, itu karena kesetiaan saya pada Anda, Duke. Saya hanya berusaha membantu agar nama Anda dikenal oleh masyarakat dunia!" kilahnya masih bersikeras membela diri.

Alasan klasik. Bahkan tanpa bantuan Miguelis pun dunia sudah mengenalnya.

Biarpun bukan termasuk legenda tua seperti Delzaka dan Diana Delta, Gestan adalah panglima perang yang berhasil menyudutkan pasukan Atlanika dalam perang enam tahun silam.

Sebagai Duke, dia juga memimpin dengan taktiknya sendiri. Sangat tertutup, namun kadang bermain dengan cara ekstrim dan cenderung kejam terutama dalam urusan politik.

Banyak orang tidak menyukai Gestan, tapi nyatanya dia mampu membuat kemajuan paling besar dibanding para Duke sebelumnya.

Andai wajah tampan itu bisa sedikit tersenyum lembut, orang-orang mungkin dapat melupakan separuh kebengisannya.

"Rupanya kau sangat peduli padaku," respon Duke, asal menyanjung. "Sebenarnya, aku masih membutuhkanmu, Miguelis. Kau memang sempat membuatku kecewa, tapi aku cukup terkesan dengan usahamu."

Saking gembiranya mendengar ucapan Gestan, Miguelis lupa membuat gerakan tiba-tiba. Padahal kondisi tubuhnya sedang tidak mendukung.

"Aargh!" erangnya kembali ke posisi semula.

"Santai saja. Kita masih punya banyak waktu." Duke mengisyaratkan pada sipir di luar agar membawa masuk sesuatu yang sudah dia siapkan.

Air liur Miguelis nyaris menetes. Hidangan mewah beraneka ragam disajikan di hadapannya.

"Nikmatilah sepuasmu."

Setinggi apapun harga diri Miguelis, insting binatangnya tetap muncul ketika dia kelaparan. Dengan rakus sang Viscount melahap dari satu menu ke menu lain. Daging yang jelas-jelas belum matang pun dia lahap tanpa ragu.

Lupakah dia kemarin mencela daging yang ku potong untuk Lucress?

"Duke, sudah saya bilang, 'kan? Anda pasti masih membutuhkan saya." Sambil mengunyah makanan, Miguelis mengoceh panjang. "Mana mungkin saya setega itu memberi abokran ke masyarakat umum? Saya punya buktinya, Duke.

"Oh, lalu Anda tidak perlu minta maaf, saya tidak sanggup melihat Anda merendahkan diri di depan saya. Anda, 'kan, hanya salah paham. Justru Tenz yang seharusnya bertanggung jawab. Jika bukan karena dia yang mengada-ada tentang hasil ujinya, Anda pasti tidak mungkin menangkap saya.

"Anda pun tahu saya sengaja menjual versat dengan harga murah supaya orang-orang Lembah Sabana merasa berutang budi pada Anda, 'kan? Setelah Anda mengeluarkan saya dari sini, tolong tindak lanjuti pengaduan saya terkait Tenz bodoh itu, Duke! Dia harus merasakan penyiksaan yang sama!"

Duke meresapi setiap kata yang Miguelis lontarkan. Sampai pria itu menemukan satu bagian janggal diantara panjangnya pidato sang tahanan.

"Bukti?"

"Ya, saya sudah menyiapkan bukti yang menurut saya cukup kuat untuk membuat Tenz gagal menuntut saya."

Mendadak Duke teringat ucapan Miguelis di pertemuan mereka terakhir kali.

"Saya tidak pernah sekalipun melakukan transaksi yang berhubungan dengan obat terlarang. Dan saya sudah menyiapkan buktinya."

Itukah bagian yang ku lewatkan? simpul Gestan, masih berpikir. "Aku belum dengar tentang buktimu," tagihnya.

"Bolehkan saya menghabiskan makanan saya dulu, Duke?" Dengan lancang Miguelis meminta orang dengan derajat lebih tinggi darinya itu menunggu.

Duke tidak menyahut atau mengangguk. Hanya tersenyum miring. Tapi Miguelis mengartikannya sebagai tanda setuju.

Sepuluh menit berlalu. Miguelis duduk lemas usai puas memenuhi ruang kosong di perutnya. Selesai bersendawa dia menyodok sisa makanan yang terselip di gigi.

"Bagaimana, Duke? Akhir-akhir ini tidak ada keanehan yang terjadi di kastil, bukan?" Miguelis lanjut bicara.

"Tidak."

"Lalu, adakah yang sakit sampai nyawanya terancam?"

"Tidak."

"Haha, apa saya bilang. Ramuan versat benar-benar tidak berbahaya. Bahkan jika orang itu sehat, dia akan merasa tubuhnya lebih ringan setelah meminumnya."

Mulai dari sini, alis Duke mengerut samar. "Apa maksudmu?"

"Saya dengar beberapa hari ini koki Anda sering membuat dessert."

"Ya." Karena Lala menyukainya.

"Nah, saya menitipkan madu kualitas terbaik pada pelayan Anda untuk bahan dessert itu."

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang