Bagian Tujuh Belas (2)

16.4K 1.9K 6
                                    

"Sial, tiap hari dia makin lengket padaku," desis Gestan, mengedarkan pandangan was-was sebelum ia keluar dari tempat persembunyian.

Dores di belakangnya merasa heran. "Kenapa Anda tidak mengusirnya saja?"

Duke Muda yang ia kenal tidak pernah menghindar dengan cara sembunyi-sembunyi begini. Jangankan mengendap-endap, beliau akan langsung mendatangi orang itu dan 'menyelesaikannya' dengan cepat.

Gestan menjawab singkat tanpa menoleh. "Sudah." Tapi gagal.

Setelah mereka berdamai waktu itu, Harazelle makin gencar mengikutinya kemana-mana. Mungkin ketidakhadiran Margrave di kastil membuat gadis itu kesepian, sehingga dia mencari pelampiasan lain.

Duke Muda yang sempat memberinya sedikit perhatian pasti langsung dia jadikan pelampiasan tersebut.

Memastikan jalur sekitar telah aman, Gestan melangkah ke luar. Ayo berjalan cepat menuju tempat latihan.

Sayangnya, keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.

"Oh, Kakak! Akhirnya ketemu, hehe."

Baru satu menit melaju, mereka justru dipertemukan di tengah koridor panjang dalam posisi berlawanan. Alhasil, Gestan tak dapat kabur. Mau balik arah pun percuma. Harazelle sudah terlanjur menyadari keberadaannya.

"Tolong biarkan aku bernapas sejenak," pinta Gestan, mengusap wajah frustasi.

"Ya, bernapas saja. Hara, 'kan, tidak melarang," sahut Hara tak memahami makna kiasan Gestan.

Dia menggamit lengan anak laki-laki yang lebih tua empat tahun darinya itu dengan akrab seolah mereka sudah terbiasa bersama.

Sedangkan Dores? Membaur dengan angin secara alami.

"Bukan. Maksudku, aku ingin sendiri," koreksi Gestan, tak mengubah ekspresi dinginnya. 

"Tapi Dores mengikutimu."

"Kau tidak boleh."

"Kenapa?"

"Terlalu mengganggu."

"Aku akan diam, kok."

Lirikan dingin laki-laki itu kemudian menusuk tepat di tangan Hara melingkari lengannya. "Sentuhanmu juga mengganggu."

"Oh, baiklah." Hara melepaskan gamitannya tanpa tersinggung, menggoyangkan tangannya ke atas seolah ia tidak akan menyentuh lagi dan mengikuti dengan anteng.

Ck, terserah!

Tak selang lama, sampailah mereka di tempat pelatihan ksatria. Gestan mencegat Hara sekali lagi sebelum mereka memasuki area.

"Dari sini, pergilah," hadang Duke Muda, mencegah gadis itu melangkah lebih jauh.

Harazelle yang hanya setinggi dada Gestan harus mendongak maksimal. "Hara, 'kan, sudah janji tidak akan mengganggu! Lagipula Dores juga ikut! Kenapa Hara tidak boleh?" protesnya, menunjuk kesal pada Dores.

"Karena dia Dores."

"Huh?"

Alih-alih menjawab, netra kelabu Gestan justru terpancing memperhatikan kedua bulan biru Hara yang sejak lama menjadi titik perhatiannya itu.

Dia juga tidak tahu mengapa, tapi sirine di kepalanya selalu berbunyi tiap kali Harazelle muncul, memperingati intuisi tajamnya bahwa ia harus menjaga jarak.

"Duke Muda?" interupsi Dores mengira Gestan melamun.

Gestan edarkan pandangannya ke arah dua anak yang lebih muda darinya itu secara bergantian. Harazelle sangat gigih. Mereka tidak akan menemukan titik terang meskipun berdebat lama. Jika tidak bisa mengenyahkan salah satu, maka dia usir saja semuanya sekalian.

"Baiklah, biar adil. Mulai sekarang Dores tidak akan mengikutiku lagi, jadi kau menjauhlah dariku."

"A-apa?!" sentak Dores, merasa dirugikan. "Ta-tapi, saya, 'kan-,"

"Kau juga, katakan pada ayahmu aku belum butuh asisten," tegas Gestan, menyuruh prajurit yang berjaga untuk melarang mereka memasuki arena.

Beberapa minggu selepas kejadian itu, Gestan mengajukan diri mengikuti pelatihan keras di perbatasan yang mengharuskannya meninggalkan kastil dalam kurun waktu lama.

Amberly ingin menolak usulan tersebut, tapi Gestan bukan sembarang anak yang bisa dia kekang begitu saja.

Beliau adalah masa depan Aslett, orang terpilih yang suatu saat nanti akan memimpin dan mengatur satu wilayah besar.

Tanggung jawab berat menunggu di depan matanya. Kemampuan serta pengalamannya perlu diasah sedari muda.

Sebagai ibu, Amberly tak dapat menerima itu. Namun sebagai pemimpin, dia harus bersikap bijak meski itu berarti harus merelakannya pergi.

Dengan sebekal keyakinan bahwa ia tidak boleh terlalu nyaman dengan label keluarga, Gestan pun menempuh jalan yang sulit dilalui.

Meninggalkan sorot kekecewaan milik gadis enam tahun yang akan segera dia lenyapkan dari ingatannya.

*****

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang