Bagian Enam (4)

39.5K 3.5K 206
                                    

Target, ditemukan.

Labelina mengintip dari balik batang pohon. Dengan sebuah kaca pembesar mainan, dia mengincar seorang pria tinggi yang memimpin barisan pengikutnya di sepanjang jalan setapak.

Orang itu pasti hendak menuju kantor selepas berburu bersama rekan bisnisnya yang berkunjung hari ini.

"Etan Aclet." Target balas dendam Lala.

Perpaduan antara vest dan dasi gelap merekat dengan menawan di tubuh tegap pria itu. Urat tangannya terekspos di balik lipatan lengan kemeja dan secara naluriah mengundang perhatian kaum hawa.

Bukan salah Duke bila ia menyadari keberadaan Labelina hanya dalam hitungan detik. Dari tempatnya berada, pipi bocah itu menyembul tak dapat disembunyikan.

Alih-alih berurusan dengan si penguntit kecil, Gestan memilih mengabaikan.

Namun, Lala tidak membuang kesempatan tersebut. Akhir-akhir ini Duke cukup sulit ditemui sehingga ia harus balas dendam sebanyak mungkin mereka bisa berpapasan.

Ketika Duke semakin dekat, Labelina melakukan roll depan dengan cepat dan segera bersembunyi lagi di pohon seberang jalan.

Alis Duke terangkat sebelah. Apa yang dia lakukan? Berpura-pura menjadi bola?

Mereka yang mengikuti Gestan cukup terkejut menyaksikan Lala tiba-tiba menggelinding di depan mereka.

"Anak siapa itu tadi? Lucu sekali," tawa salah seorang pengikut yang belum pernah bertemu Labelina.

"Dia benar-benar imut."

"Lihat, anak itu mengintip sekarang."

"Jangan bilang dia sedang bersembunyi dari kita? Hahaha."

"Menggemaskan sekali. Aku ingin mencubit pipinya."

"Ututu, sini, Sayang. Mari ikut bersama kami."

Mereka jelas-jelas terhibur sampai lupa ada Gestan yang melirik tajam tanpa berkata apa-apa.

"Pssst, diam!" bisik salah satu pengikut, menyenggol rekan-rekannya yang belum sadar.

Segera orang-orang itu menghentikan kekonyolan mereka dan terdiam.

Duke mendapati kulit kacang berserakan di tengah jalan. Dia tahu Lala-lah pelakunya.

Dari cara bocah itu mengintip sekarang, agaknya sampah ini memang sengaja dia jatuhkan untuk menghalangi jalannya.

"Kau menyatakan perang denganku?" desis Gestan, menyeringai ke arah Lala bersembunyi.

Balita itu refleks terkaget. Ia tak menyangka aksi diam-diamnya akan tertangkap secepat ini. Apa perutnya terlihat?

Lala menunduk sesaat. Tidak mungkin, dia sudah menahan nafas sampai perutnya menjadi ramping.

"Betapa polosnya." Gestan terkekeh meremehkan selagi ia lanjut berjalan dengan menginjak kulit kacang tersebut hingga remuk. 

*****

"Tak apa-apa, Nak. Bobok yang nyenyak."

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang