Bagian Dua Belas (4)

35.2K 3.7K 196
                                    

Di sisi Labelina terlelap, Ophelia menggeleng. "Tuan Duke, saya belum pernah bertemu anak ini dimanapun saya berada."

Anak yang malang. Baru empat tahun sudah terpapar zat terlarang. Memang keputusan tepat Tuan Duke memajang kepala Kotoran Sapi itu di pusat alun-alun.

"Saya sendiri belum yakin dengan hasilnya. Tapi tidak ada salahnya mencoba cara ini." Ophelia menjelaskan cara kerja bunga karoten yang telah di tata dalam vas oleh Nana dan Sona.

"Saran saya, tolong dekatkan bunganya dan ganti dua kali sehari. Beberapa hari mendatang demamnya mungkin akan bertahan, tapi Anda tidak perlu khawatir. Itu adalah proses pengeluaran racun dalam tubuhnya."

"Berapa hari dia akan mengalami demam?" tanya Duke, bersedekap dengan dahi mengerut di belakang Ophelia.

Ekspresinya seolah mengatakan, tidak adakah cara lain supaya bayi itu tidak perlu mengalami demam?

"Nah, itu belum bisa saya pastikan. Tergantung seberapa banyak dia terpapar zat terlarang. Semakin parah maka semakin lama pulihnya. Untuk itu, tolong terus awasi. Jangan sampai suhunya melebihi ini karena demam anak-anak seringkali naik secara tiba-tiba."

Setelah menandatangani surat perjanjian, Ophelia resmi menjadi salah satu peneliti Duke tanpa terikat tempat. Artinya, ia diperbolehkan mengelana selama mengkaji semua yang berhubungan dengan ramuan versat.

"Baiklah, kau boleh pergi."

"Cepatlah sembuh, Nak. Sehabis itu mari kita bermain bersama, khikhikhikhik," pamit Ophelia sambil tertawa merdu.

Apanya yang lucu? heran Gestan dalam hati. Dia bahkan menertawakan sesuatu yang bukan gurauan. Sungguhkah penemuan wanita ini bisa dipercaya?

Duke menempati kursi di samping ranjang yang sebelumnya diduduki Ophelia. Tanpa mengucap sepatah kata, perhatian lelaki itu tenggelam di wajah damai Labelina.

Jelas dia merasa bertanggung jawab lantaran dirinya-lah yang menyuruh Lala memakan panekuk dengan saus madu tempo hari.

Bajingan itu ...,

Siapa sangka Miguelis bakal menyelundupkan bahan makanan lewat pelayan baru?

Begitu ditelusuri, Duke segera memenjarakan pelayan tersebut. Sudah tertulis di aturan dasar, bahwa kastil dilarang menerima bahan pangan dari sembarang orang.

Atas ketidaktahuannya, si Pelayan baru pun dijatuhi hukuman sesuai kondisi Lala.

Dia akan dibebaskan bila Lala berhasil sembuh total. Bebas dengan pemotongan tangan jika korban pulih tetapi mengalami efek samping seumur hidup. Dan eksekusi mati apabila Lala gagal diobati.

Cukup adil meski bagi sebagian orang dianggap kejam.

"Bangun. Sebentar lagi waktu sarapan dan minum obat," usik Duke mengusili tidur Lala dengan menekan hidungnya ke atas.

Bulu halus yang membentuk alis mini itu pun bergerak-gerak pelan. "Janan," lirihnya, "janan ..., ambil empeng Lala."

Dia mengigau? Entah apa maksud perkataan Lala, Gestan menyahut asal. "Maka segeralah sembuh. Setelahnya akan ku kembalikan empengmu."

Dalam keadaan setengah sadar, kelingking bantat balita itu terulur ke depan. "Janji?"

Lihat tingkahnya ini. Andai Ophelia dipertemukan Lala saat kondisinya sudah membaik, dia pasti tidak akan berhenti tertawa.

Tanpa pikir panjang, Duke membalas janji kelingking Lala. "Janji."

Baiklah, tidak ada salahnya mencoba cara wanita aneh itu. Lagipula apa yang dikatakan Lala selalu benar. Entah seberapa misteriusnya bocah ini, yang terpenting sekarang adalah kesembuhannya.

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang