Bagian Empat (4)

45.2K 4.2K 227
                                    

"Pengasuh Natelie, tenanglah. Kita pasti akan segera menemukan Lala."

Natelia menggigit bibir. Entah mengapa Sir Joviette terlihat bersinar terang saat mengatakan itu. Seperti pengeran berkuda putih yang akan menyelamatkan mereka dari keputusasaan.

"Sir Joviette, Tuan Duke sudah memasuki pintu utama!"

Laporan singkat dari salah seorang ksatria sontak membuat tangan Joviette di pundak Natelia gemetar.

Ekspresi kagum Natelia pun berubah datar. Apanya yang pangeran? Ternyata hanya pecundang.

"M-maaf, ini reaksi alamiku. Kau belum pernah menghadapi Tuan Duke. Jadi, tidak tahu semenakutkan apa beliau saat mengamuk."

Natelia menghela nafas. Sia-sia dia mengandalkan orang yang phobia terhadap atasannya.

Kepada seluruh pekerja kastil, Natelia pun dengan tegas mengumumkan, "Mari lanjutkan pencarian ini diam-diam! Kita harus bersikap tenang seperti biasa atau Tuan Duke akan curiga. Jangan sampai ketahuan, terutama butler yang bertugas melayani Tuan Duke. Jika ada yang berhasil menemukan anak itu, tidak perlu heboh dan segera sembunyikan!"

"Pengasuh Nana, kau sangat keren! Jadilah keponakanku!" kagum Joviette menggigit jari.

*****

Gestan Maxilian Aslett.

Aura mencekamnya mengikuti kemanapun pria itu pergi. Bahkan sekarang, ketika ia berjalan melewati aula utama, para butler bergegas melayani dengan nyali menciut. Mantel berbau besi yang tersampir di bahu gagahnya buru-buru diambil alih oleh mereka.

Kebetulan sewaktu diperjalanan pulang Gestan dihadang oleh sekelompok bandit. Dua puluh bandit malang itu pun tewas dalam hitungan menit di tangannya. Percikan darah tak dapat dia hindari ketika pedangnya menebas mereka.

Anggapan bahwa Duke Aslett adalah laki-laki rupawan memang benar. Dengan mata elang dan alis tajam, wajah pria itu terbingkai rahang yang jantan. Rambut gelapnya tersisir ke belakang, menyisakan beberapa helai menyentuh kulit dahi.

Sayang sekali, ketampanan Gestan tak mampu mengelabui orang yang sudah mengenal wataknya. 

Berbeda dengan Delzaka yang garang tetapi bijak atau Danzel yang cenderung cuek pada keadaan sekitar meski suka berpura-pura ramah.

Gestan lebih banyak diam. Jarang berekspresi pula. Tidak mengungkapkan sesuatu dengan cara terang-terangan adalah ciri khasnya yang justru membuatnya paling diwaspadai para bawahan.

Karena tempramen pria itu bisa meledak kapan saja tanpa diketahui penyebabnya. Seringkali dia menghukum atau menghilangkan nyawa seseorang secara tiba-tiba. Tak peduli orang itu pria atau wanita, muda atau tua, bangsawan atau rakyat jelata.

Makanya, ketimbang mewaspadai Margrave atau Tuan Muda, orang-orang lebih takut menghadapi Duke. Bahkan ketika Duke terlihat senang, bukan berarti hal baik terjadi.

Joviette mewakili para pekerja Aslett melaporkan keadaan kastil saat ini dan menjelaskan bahwa Margrave sedang ada tugas di luar. Meski Duke tidak mengatakan apa-apa dan hanya sibuk berjalan menuju kamar, semua orang tahu beliau mendengarnya.

"Sir Joviette, terima kasih atas laporannya. Anda bisa kembali sekarang," tutur salah seorang pria bersurai panjang dengan kacamata yang selalu mendampingi Duke kemanapun Duke pergi.

Ia adalah Dorres Charlios, asisten yang melayani Gestan sejak lama. Sudah menjadi sejarah bagi keluarga Charlios secara turun temurun melayani pemimpin Aslett.

Sebagaimana baiknya keprofesionalan mereka dalam bekerja, mereka juga memiliki jiwa loyal yang tinggi. Bahkan Amberly, istri Delzaka sekaligus Duke sebelumnya yang terkenal perfeksionis, mengakui bakat para Charlios tak pernah menurun meskipun mereka telah melewati belasan generasi.

"Pelayan Lin, seperti biasa." Dorres mengkode seorang pelayan untuk menyiapkan air panas di kolam pemandian milik Duke.

Pelayan bernama Lin itu mengangguk dan segera melaksanakan perintah asisten kepercayaan Duke bersama pelayan lain.

Sesampai mereka di kamar, Gestan melepas kancing di pergelangan tangan. Sementara beberapa butler membantu membebaskan dasi dari kerahnya. Bercak darah dari bandit ternyata menodai kemeja hingga ke wajah kiri pria itu.

"Sir Joviette, saya bilang Anda sudah bisa kembali sekarang," ulang Dorres sekali lagi. Apakah ucapannya tadi kurang jelas?

"I-itu, saya belum selesai menyampaikan laporan," gagap Joviette, beralasan. Sejujurnya, dia sedang berjaga-jaga. Barangkali Lala tiba-tiba muncul dari suatu tempat saat Duke lewat. Secepatnya, ia harus membawa bocah itu pergi sebelum Tuan Duke menyadarinya.

Mengapa hari ini tingkah Sir Joviette aneh sekali? Alis Dorres terangkat sebelah. Tidak biasanya orang itu mengikuti Duke sampai kamar. "Jika tidak mendesak, Anda bisa melaporkannya nanti, Sir. Tuan Duke butuh istirahat setelah tiga hari menempuh perjalanan tanpa istirahat."

Memastikan Tuan Duke telah memasuki kamar dengan 'aman', Joviette mengangguk dengan kelegaan di hatinya. "Maafkan saya, Tuan Duke. Ini bukan hal mendesak jadi saya akan melaporkannya nanti."

Joviette berbalik hendak pergi.

"Jov."

Suara rendah Duke mendadak menghentikan langkah sang wakil pimpinan ksatria Aslett tersebut.

Joviette balik badan, gugup setengah mati. "Ya, Tuan Duke."

"Kau mencari sesuatu?"

Joviette menelan ludah. "Tidak."

Netra elang Duke Gestan melirik sesuatu yang bergerak di bawah bantalnya. "Lalu bagaimana kau akan menjelaskan itu?"

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang