Bagian Tiga (3)

41.4K 3.6K 29
                                    

"Terbawa hingga dewasa, katamu? Baiklah." Delzaka mempertimbangkan permohonan tersebut sebelum beralih memperhatikan Lala. "Buntal, bagaimana denganmu? Apa kau benar-benar mencurinya?"

Buat apa Margrave masih bertanya? Kesaksianku sudah lebih dari cukup! "Margrave, Anda tidak perlu menanyai bocah itu! Jelas-jelas dia-,"

"Tidak adil jika aku hanya mendengar dari mulutmu saja!" potong Delzaka menekankan kata 'adil' untuk membungkam Emelly.

Suasana di sana pun senyap seketika. Delzaka menunggu Lala bersuara biarpun bocah kecil itu masih merajuk. Dia menunduk kesal sembari memilin baju. Bibirnya mengerucut mungil diantara dua pipi bakpaonya yang menggembung lucu.

"Lala tak menculi. Itu uwangnya Lala," cicit Labelina sempat membuat orang-orang gagal fokus gara-gara tersihir oleh tingkah gemasnya.

"Dari mana kau mendapatkannya?" interogasi Delzaka. Pria itu menaruh perhatian penuh pada Lala dengan lengan terlipat di depan dada.

"Lala tukal dengan balang."

"Tukar?" Delzaka mengernyit tak paham.

"Mungkin maksudnya dia menjual barang, Margrave," sela Joviette memperjelas.

"Apa?! Memangnya bocah sepertimu bisa jual apa?!" Lagi-lagi Emelly menggonggong tanpa ijin Margrave.

"Lala tukal kalung punya Lala cupaya dapat uwang!"

"Lala, kau harus mengakui kesalahanmu! Aku ini pengasuhmu! Aku merawatmu dengan baik selama ini. Aku melaporkan kenakalanmu pada Margrave juga demi kebaikanmu sendiri agar kau tidak tumbuh menjadi penjahat!" Dan tentu saja supaya kau cepat diusir dari sini.

"Lala tumbuh cendili, kok," bantah Lala tak mau kalah, "Kan, Emelly bilang Lala halus mandili kalena pekeljaan Emelly menumpuk cepelti gunung!"

"Ja-jangan bohong, Bocah!"

"Lala tak bohong! Emelly yang bohong. Emelly anak cetan!"

"S-setan? Beraninya kau mengatai pengasuhmu setan?!"

"Olang yang cuka bohong anaknya cetan!"

Semua orang berupaya keras menahan tawa. Rasa simpati mereka yang hendak ditujukan pada Lala lenyap begitu saja. Ternyata bocah itu pandai bersilat lidah sampai Emelly pun tertekan.

Apa saat kecil Hara juga seperti itu? Tanpa sadar Delzaka membayangkan Lala adalah sosok yang sama dengan putrinya.

Adu mulut antara Emelly dan Lala berakhir begitu Delzaka mengusap wajah, gusar. Dia tak menduga akan ada kejadian semacam ini di kastilnya.

"Joviette, tolong bawa Lala pergi," pinta Vincent, menyadari Tuannya telah membuat keputusan.

"Baik, Pak Vincent." Joviette segera menggendong Lala pergi diikuti Natelia.

"Tunggu, Paman! Uwangnya Lala!" seru Lala menyayangkan barang miliknya yang ditinggal.

"Psstt, tidak apa-apa. Nanti itu akan dikembalikan ke Lala, kok," bisik Joviette, sudah paham dengan kode Pak Vincent mengapa ia disuruh membawa Lala pergi.

Tinggallah Emelly masih di tempat yang sama, menunggu respon Delzaka. Dibawa kemana anak itu? Pasti dikurung dalam sel, 'kan? batin Emelly menerka-nerka.

"Masukkan kembali apa yang kau tumpahkan!" titah Delzaka kembali duduk di kursi sebelumnya. Sementara Diana di hadapan pria itu membuka kipas, menutupi separuh wajah sinisnya yang tertuju pada Emelly.

Apa-apaan perasaan tak nyaman ini? Kenapa Margrave menyuruhku memungut barang bukti? Masih tak menyadari situasi, Emelly memerintakan pelayan junior untuk mengumpulkan uang tersebut. "Hei, kau. Masukkan uangnya kembali ke tas-,"

"Menyerahkan pekerjaannya pada orang lain? Sungguh memalukan," sindir Diana sengaja ia keraskan.

A-apa? Kenapa kata-kata itu seolah ditujukan padaku? Spontan Emelly mengedarkan pandangan. Para ksatria dan pelayan yang singgah di sekitar masih menjadikan dia sebagai objek tontonan.

Ibarat drama yang Emelly mainkan ternyata belum berakhir. Sorot mata mereka melihatnya seperti orang yang menyedihkan.

Emelly langsung menyadari hidupnya terancam. Wanita berseragam pelayan itu segera memunguti uang milik Lala sendiri. Di-dimana letak kesalahanku? Kenapa justru aku yang sekarang dalam masalah?!

Vincent menggeleng kecewa. Padahal dipilih langsung oleh Margrave sendiri sebagai pengasuh merupakan keberuntungan besar yang tidak mungkin datang dua kali. Seharusnya Emelly tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut kalau ingin diakui.

"Siapa saja yang kau bilang telah kehilangan uang belakangan ini? Suruh mereka bicara!"

Selagi memunguti koin, Emelly tersentak. Dia cepat-cepat mengisyaratkan pada rekan-rekannya agar mereka segera bersaksi. Satu pelayan dan satu ksatria pun maju dengan ragu-ragu.

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang