Bagian Delapan Belas (3)

29.4K 3.6K 440
                                    

"Dyuuuk!" seru Lala begitu rombongan Gestan telah tiba.

Labelina melompat memeluk kaki Duke ingin cepat-cepat menagih hadiahnya. Namun sebelum itu, dia tahu harus bersikap manis terlebih dahulu.

"Lala lindu Dyuk," rayu Lala, mendongak malu-malu masih dengan pipi menempel Gestan.

Baru kali ini Duke disambut dengan cara informal. Dipeluk pula. Biasanya para bawahan akan bersikap disiplin dan menunduk sopan, tahu diri dimana posisi mereka. Lala menjadi satu-satunya pengecualian.

Dia kasus unik yang mana tidak membuat Duke merasa keberatan diperlakukan demikian. Apakah aneh jika sekarang pria itu justru merasa senang?

"Kau rindu aku atau hadiahku?" tebak Gestan, mengetahui niat tidak murni gadis kecil tersebut.

"Hehe, cemuanya."

Usai Lala melepaskan pelukan, Duke menekuk satu lutut demi mempersempit selisih tinggi mereka. Dia tatap anak berkuncir dua tersebut dengan lebih intens.

Tidak ada yang berubah dari penampilan Lala. Dia masih begitu mungil seperti beberapa hari lalu sebelum Gestan pergi. Kecuali bagian poninya yang tumbuh sedikit lebih panjang.

"Kau baik-baik saja?"

"Ung."

"Makan banyak sesuai janji?"

"Ung."

"Bersikap patuh selama aku pergi?"

"Eh?! Emm, Lala ..., Lala nakal catu kali," aku Lala, cemas hadiahnya gagal diberikan. Dia tundukkan kepala sambil melirik Gestan takut-takut.

"Nakal kenapa?"

"Kemalin Lala tak mau cikat gigi. Ta, tapi Lala janji tak akan ulangi yagi!"

"Sungguh?"

"Eung!"

"Baiklah."

Sebenarnya, Duke mengetesnya juga hanya untuk formalitas. Yang penting Lala sudah berani menjawab jujur. Toh, mau bersikap nakal atau tidak, dia akan tetap memberikan apresiasi.

"Kemarikan hadiahnya."

Menyadari tiba saatnya hadiah yang ia tunggu-tunggu diberikan, Labelina melompat-lompat girang. Rambutnya sampai mengayun 'tuing-tuing' tiap kali dia loncat dan mendarat.

Kembali berdiri, Duke menarik sebuah kuda poni coklat berukuran mini. "Panjang kakimu baru sejengkal, tetaplah menaikinya di bawah pengawasan orang dewasa."

"Woahhhh!" Rahang kecil Lala jatuh ke bawah. Dia tidak pernah melihat kuda seimut ini. "Becal nanti Lala mau ikut balap kudya," ocehnya, berambisi.

Semua yang menyaksikan di sana menahan tawa sampai bahu mereka gemetar. Tidak orangnya tidak kudanya, mereka sama-sama menggemaskan.

"Suka?"

"Cuka!"

"Kurangi bermainmu dengan Jov kalau begitu."

"Kenapa?"

Kau terlalu sering bersamanya ketimbang denganku. Gestan tidak mungkin bilang begitu. "Dia punya banyak pekerjaan," dustanya kemudian.

Di belakang mereka, Joviette garuk-garuk kepala. Bukankah tugasnya di kastil selama ini memang mengawal Lala?

"Gestan, siapa mereka?" interupsi Margrave, memajukan dagunya mengarah ke orang-orang berpenampilan asing yang masih berada dalam kereta.

Ekspresi geram Duke kembali mendominasi begitu teringat kesepakatannya dengan Sharka. Demi mendapatkan akses untuk mencari informasi tentang Hara, Duke terpaksa mengiyakan sesuatu yang baginya amat menjengkelkan.

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang