01 - 3 : PERAWAT YANG BAIK

446 29 3
                                    

Dalam ruangan yang hanya menggunakan sinar matahari sebagai penerang, Kangtae berganti pakaian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dalam ruangan yang hanya menggunakan sinar matahari sebagai penerang, Kangtae berganti pakaian. Meski di pundaknya ada jejak telah bekerja keras berupa koyok, dia tetap mengenakan seragam kerjanya dengan keren. WUSH, memutar dari depan ke belakang. Dia juga memakai seragamnya itu dengan rapi, tanpa melupakan kartu identitas yang dapat menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang sitter.

“Pak Sitter, ke ruang rekreasi. Cepat,” pinta seorang perawat, tak lama setelah Kangtae selesai menyematkan kartu identitasnya di saku dada.

Saat dilihat di ruang rekreasi, ternyata di sini sedang ada keributan yang diakibatkan oleh seorang pasien wanita yang memakan semua makanan di kulkas dan meja dengan sangat kelaparan, seolah sudah tidak makan selama berhari-hari.

Kangtae menghampirinya.

“Myeong Jisuk-nim?” panggil Kangtae, hangat.

Myeong Jisuk menoleh dan, “Yeobo?” jawabnya, lemas. Dia pikir, orang yang menyapanya dengan hangat tadi adalah suaminya. Kangtae hanya tersenyum mendengar jawaban panggilan Myung Jisuk itu.

Kangtae mendekat, dengan pelan-pelan menyingkirkan makanan-makanan dari pandangan Myeong Jisuk.

“Aku sangat lapar,” sebut Myeong Jisuk, mengadu.

“Tapi kalau makannya buru-buru begini,” Kangtae mengambil roti dari tangan kiri Myeong Jisuk dan ‘menutup’ pisang di tangan kanannya, “kau bisa tersedak dan sakit perut. Daripada memakan semuanya sekaligus begini, lebih baik makanlah pelan-pelan, sedikit demi sedikit, dan berbagi dengan yang lain.” Kangtae berhasil menjauhkan semua makanan dari Myeong Jisuk.

“Katanya aku cantik kalau makannya lahap.” Myeong Jisuk merajuk.

“Maksudnya bukan cantik karena lahap,” Kangtae melap sekitar bibir Myeong Jisuk dengan sapu tangan dengan lembut, “tapi, kalau kita benar-benar menyukai seseorang, orang itu akan terlihat cantik dalam hal apa pun yang dilakukannya termasuk makan.”

Myeong Jisuk pun tersipu, tertawa senang dan gila, dan menghambur memeluk Kangtae dengan menggila—kesempatan ini dimanfaatkan Kangtae untuk mengkode Perawat agar segera menyuntikkan obat penenang pada Myeong Jisuk—tapi, “Lalu, kalau begitu kenapa kau SELINGKUH DARIKU DENGAN MODEL KURUS-KERING ITU? KENAPA?!” dan Myeong Jisuk dengan sengaja ‘mengotak-atik’ tenggorokannya sendiri supaya ….

Segelontor cairan cokelat kental meluncur dari mulutnya. Cairan itu sangat bau; bau daging, sayuran, dan keju, bau ikan, bau sampah, bau susu, dan MENGALIR DERAS bagai air terjun. Semua yang menyaksikan menutup hidung dan merasa mual, dan Kangtae, yang punggungnya dimuntahi, menahan napas sebisa mungkin agar tak menyinggung perasaan pasien. Dia bahkan menepuk-nepuk punggung Myeong Jisuk setelah muntahnya dirasa sudah selesai, tapi—

“Uwuk. Uwk. UWK!” Myeong Jisuk MUNTAH untuk yang kedua kalinya, dan kali ini Kangtae akan … menganggapnya sebagai serbuan helai-helai mawar yang wangi … menjatuhi dirinya hingga—
Muntah Myeong Jisuk selesai.

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now