16 - 4 : ANAK LICIK

90 6 0
                                    

“Selamat datang!” ucap Jaesu, otomatis ketika lonceng pintu tokonya berdenting

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Selamat datang!” ucap Jaesu, otomatis ketika lonceng pintu tokonya berdenting. Dia sedang sibuk membuat pengumuman pencarian pekerja paruh waktu, jadi dia tidak sadar kalau yang datang adalah Kangtae.

Kangtae duduk bersamanya di sebuah meja.

“Kudengar kau juga berhenti kerja,” sebut Jaesu.

“Ya, aku akan belajar,” kata Kangtae.

“Uh, apa aku juga tutup saja, ya, toko ini, dan belajar bareng denganmu? Menyambung cita-cita yang tertunda. Aku coba saja, gitu?” Jaesu senang-senang saja asalkan melakukannya bersama sahabatnya itu.

Kangtae bicara, “Jaesu-ya, kau … benar-benar ingin belajar supaya bisa kuliah?”

“Ah, tidak sih.”

“Itulah,” kata Kangtae, “kau jangan mengikutiku terus, lakukan saja apa yang benar-benar kauinginkan dan pergilah ke tempat-tempat yang ingin kaukunjungi.”

“Apaan nih? Kau sudah tidak membutuhkanku lagi, jadi kau ingin aku pergi, begitu? Habis manis pahit dibuang, begitu?"

“Habis manis sepah dibuang,” Kangtae mengoreksi, “Kalau manisnya sudah habis, sisanya pahit, jadi pasti dibuang.”

“Iya, itu.” Jaesu agak kesal, “Gara-gara kau, sekarang aku kesal, sebal, dan rasanya itu pahit banget di hati.”

Kangtae tersenyum mendengarnya, sementara Jaesu menunduk kesal. Tiba-tiba Kangtae memanggil begini, “Hyung. Jaesu Hyung.”

Tentu saja Jaesu membelalak, “Apa nih? Kenapa tiba-tiba begini?”

“Mulai sekarang, aku akan memanggilmu ‘Hyung’. Kau kan memang satu tahun lebih tua dariku.”

“Kau kan gak butuh kakak lagi, kenapa tiba-tiba jadi begini?” Jaesu agak merinding.

Kangtae menarik napas dan, “Setelah punya satu, kurasa kalau punya lebih banyak kakak lagi pasti akan menyenangkan. Selain itu, berkat orang yang bernama Jo Jaesu,” Kangtae melirik pada Jaesu, “aku bisa bertahan dengan baik selama ini. Berkatnya, aku bisa tersenyum, bernapas, dan tidak kesepian. Terima kasih, ya, Jaesu Hyung.”

Ah, Jaesu serasa naik roller coaster. Dia menangis terharu tapi sambil menceramahi Kangtae, “Kau itu ya? Kalau begitu, kau harus lebih baik lagi padaku. Mengerti, bocah?”

“Ya, aku akan berusaha.” Kangtae berjanji.

“Coba panggil aku ‘Hyung’,” perintah Jaesu, tegas dan, “Hyung,” Kangtae memanggilnya kakak.

“Sekali lagi,” kata Jaesu.

“Jaesu Hyung,” panggil Kangtae lagi.

“Sekali lagi!”

“Sudah ah.”

“Okeh.” Jaesu tidak akan serakah, yang penting dia sudah tahu rasa syukur sahabatnya itu akan keberadaan dirinya selama ini.

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now