09 - 2 : TIDAK BISA TIDUR

81 7 0
                                    

“Dia itu tidurnya sudah ngorok, ngiler, kentut pula

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Dia itu tidurnya sudah ngorok, ngiler, kentut pula. Terus saja begitu, gak selesai-selesai, orkestra banget-lah pokoknya!” Lalu Jaesu menirukan suara-suara orkestra itu di depan Kangtae, membuatnya cekikikan menertawakan. Dia terus saja menceritakan tentang kebiasaan tidur Wadir Lee yang sangat berisik.

“Kalau tak bisa tidur, naik saja ke kamarku. Tidur di sana. Kan kosong,” tawar Kangtae, setelah minum. Dia membolehkan Jaesu tidur di kamar atapnya jika Wadir Lee memang sangat mengganggu. Jaesu pun ber-yes-yes senang mendengarnya.

“Tapi aku juga mau minta bantuan padamu.”

“Apa?”

“Besok, Hyung harus—”

“Okeh.” Jaesu mengiyakan apa pun itu.

“Gak mau tahu dulu, aku minta bantuan apa?”

“Gak banyak tanya, gak banyak omong, itu baru namanya sahabat. Apa sih yang gak buat kau, Sob? Hm.” Jaesu senyum-senyum sendiri di depan Kangtae.

“Terima kasih.” Kangtae senang sekali.

“Jadi, kau lebih suka aku atau Hyungnim?” Jaesu bertanya dengan sok imut.

“Harus banget dijawab? Sudah ah.” Kangtae beranjak pergi setelah meneguk cola-nya satu kali lagi, sambil menepuk bahu Jaesu.

Jaesu mengerjap-erjap gembira karena dirinya juga menyukai Kangtae. Ah, akhirnya perasaannya sebagai sahabat sejati ini terbalas juga.

Malam ini, Kastel Terkutuk agak berisik karena Sangtae memutar Dooly the Little Dinosaur, serial kartun kesukaannya, keras-keras, ditambah Sangtae sendiri yang berceloteh mengucapkan semua dialog dalam kartun itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam ini, Kastel Terkutuk agak berisik karena Sangtae memutar Dooly the Little Dinosaur, serial kartun kesukaannya, keras-keras, ditambah Sangtae sendiri yang berceloteh mengucapkan semua dialog dalam kartun itu. Kesal, Munyeong bersedekap di pintu kamar Kangtae-Sangtae dengan mendesah.

“Aku GAK SUKA itu Dooly dan teman-temannya,” komentar Munyeong, membuat Sangtae berhenti berceloteh. Katanya, sambil jalan lalu duduk di tepi ranjang, “Sudah menumpang, bertingkah seenaknya pula. Aku sih lebih suka Go Gildong.”

Sangtae terperangah mendengar itu.

“Go Gildong membolehkan anak-anak itu tinggal di rumahnya dan memberi mereka makan. Baik sekali dia. Kalau Oppa, bagaimana?”

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now