13 - 5 : SEORANG AYAH

62 9 0
                                    

PIIK! PIIK! PIIK! Alarm peringatan menjerit-jerit. Keadaan darurat sedang terjadi di kamar 203, pada Go Daehwan yang tekanan darah dan detak jantungnya turun drastis dan jatuh pada keadaan kritis. Direktur Oh memutuskan untuk memindahkannya saja ke ruang isolasi, agar perawatan terhadapnya bisa lebih intensif lagi. Semua orang cemas, kecuali Munyeong yang belum tahu keadaan ayahnya.

Munyeong sedang mengernyit-ngernyit di meja kerjanya di ruang baca, akibat melihat-lihat sketchbook Sangtae yang hanya biru, hitam, dan corat-coret

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Munyeong sedang mengernyit-ngernyit di meja kerjanya di ruang baca, akibat melihat-lihat sketchbook Sangtae yang hanya biru, hitam, dan corat-coret. Ketika itu, Sangtae pulang.

“Aku pulang!” Sangtae mengumumkan.

“Oppa, sini sebentar!” perintah Munyeong, memanggil.

“Ya,” Sangtae datang dan, “Hh, G-go Munyeong, k-kau seharusnya menyapaku dulu, menyapa.” Sangtae hobi menasihati orang belakangan ini.

“Saat bekerja, posisiku lebih tinggi.”

“Oh-eh? Sketchbook-ku. Sketchbook.” Sangtae menemukan Munyeong sedang membuka-buka sketchbook-nya, tapi dia tidak marah.

“Ini … Bocah Tanpa Jati Diri?” tanya Munyeong, menunjuk ke siluet biru-hitam tegak yang berkepala besar.

“Ya,” jawab Sangtae, jelas.

“Dan ini,” Munyeong menunjuk ke siluet  biru-hitam berambut panjang, “Putri Tong Kosong yang tidak berperasaan.”

“Ya, dan itu-dan itu,” Sangtae menunjuk ke siluet biru-hitam yang meringkuk, “itu Paman Berkepala Kardus. Bagaimana? Bagaimana? K-kau suka? Kau suka?”

“Tidak. Aku sama sekali gak suka. Ulangi lagi.”

“Kenapa? Kenapa harus diulangi lagi?” Sangtae kecewa.

“Aku gak suka penampilan mereka semua. Lihat, kenapa semuanya harus tampak belakang sih?” Munyeong ingin tahu alasannya.

“Bu-bukan tampak belakang. Itu wajah, wajah.”

“Coret-coret biru ini wajah? Terus ke mana mata, hidung, dan mulutnya? Dicongkel orang? Jadi gak ada ekspresinya kalau begini. Dalam dongeng itu, amanat dan karakter harus saling mendukung. Kalau karakternya gak berekspresi begini—”

“Su-susah,” sebut Sangtae, pada akhirnya.

Munyeong tertegun.

Munyeong tertegun

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
PSYCHO BUT IT'S OKAYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora