16 - 1 : SERBA MENDADAK

159 9 0
                                    

Sangtae menyalakan lampu meja dan membuka buku gambarnya, di rumah atap ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sangtae menyalakan lampu meja dan membuka buku gambarnya, di rumah atap ini. Dia membaca, “’K-k-k-kesepakatan. Saya, Lee Sangin, selaku pimpinan PT Di Atas Segalanya sebisa mungkin berjanji kepada Ilustrator Moon Sangtae akan menerbitkan buku dongeng yang diilustrasikannya. Tanda tangan, Lee Sangin.’ Tulisannya jelek ih.”

“Aku datang, Hyungnim!” suara Jaesu, dari luar.

Sangtae memperlihatkan surat kesepakatannya tadi pada Jaesu, dan Jaesu berkomentar, “Wah, Hyungnim bahkan membuat surat kesepakatan begini dengan orang lain. Hebat sekali. Jadi untuk ini aku dipanggil? Untuk melihat kesepakatan ini?”

“Bukan,” kata Sangtae, tidak enak.

“Terus? Hyungnim mau main denganku?”

“P-pak Bos,” sebut Sangtae, tiba-tiba, “a-aku mau berhenti kerja.”

“Apa?” Jaesu kaget sekali.

“S-sekarang aku tidak mau kerja paruh waktu lagi.”

“Mendadak begini?” Jaesu tak percaya.

“B-berhenti kerja itu memang selalu mendadak, makanya aku minta maaf.” Sangtae merasa tidak enak sekali pada Jaesu, sampai jari-jari kaki di dalam kaus kakinya naik-turun terus-terusan.

Jaesu kecewa, “Kenapa? Karena upahnya kurang? Iya deh, aku … aku naikkan upahnya 500—eh, seribu per jamnya.”

“Aku-aku mau jadi seniman,” kata Sangtae, mengaku.

“Apa?” Jaesu tak mengerti.

“Aku juga-aku juga sekarang mau jadi seniman, seniman betulan.” Sangtae meminta izin pada Jaesu, dan menunggu jawabannya.

“Tidak,” kata Jaesu, “Jangan. Mana boleh berhenti kerja mendadak begini. Aku tidak akan mengizinkan ya?” Jaesu sudah memutuskan.

Ah, bagaimana ini? Sangtae cemas.

“Hyungnim, kalau memang mau berhenti, carikan dululah penggantinya. Tapi orangnya harus serajin Hyungnim, aku suka, dan pintar menggambar juga. Gambarnya juga gak boleh biasa-biasa saja.” Pokoknya Jaesu tidak mau Sangtae berhenti kerja.

Sangtae jadi bingung.

“Aish, kok gak keren begini sih jadinya?” Jaesu kesal pada dirinya sendiri.

“J-jujur saja, kau tidak bisa jadi keren. Jujur,” kata Sangtae, berpendapat.

“Ih, puji sedikit kek, kalau di saat seperti ini.”

“Jujur,” kata Sangtae, mengulang.
Jaesu kesal sekali.

Sedangkan di ruang baca Kastel Terkutuk, dua orang lainnya sedang berada dalam damai. Mereka duduk di sofa ruangan itu, tepatnya Kangtae duduk sementara Munyeong berbaring di paha Kangtae, dengan rambutnya sesekali disisir oleh pria itu.

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now