04 - 2 : SEBUAH TAMPARAN

119 14 0
                                    

“Seorang pemuda tak berbusana muncul dan membuat keributan di Alun-alun Kota Seongjin, tempat diadakannya kampanye pemilihan umum daerah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang pemuda tak berbusana muncul dan membuat keributan di Alun-alun Kota Seongjin, tempat diadakannya kampanye pemilihan umum daerah. Namun, setelah diselidiki, rupanya pemuda tersebut adalah putra bungsu dari salah satu calon anggota DPD, Kwon Mansu. Fakta tersebut mengejutkan banyak orang, serta diyakini akan memengaruhi pelaksanaan pemilihan umum daerah pekan depan ….

Televisi menyiarkan ‘ceramah’ Kwon Gido tentang perlakuan ayahnya yang mendiskriminasi terhadap dirinya. Kemudian orang-orang berdemo, meminta agar Kwon Mansu mundur dari pencalonannya. Berita ini ditonton oleh semua orang di Kota Seongjin, termasuk di RSJ OK.

“Kalau begini sih dia akan kehilangan pamor juga,” komentar Direktur Oh, sambil mengetik sesuatu.

“Lalu bagaimana dengan Penulis Go? Semua ini kan terjadi gara-gara dia,” kata Kepala Park, sambil menonton berita dengan tangan bersedekap.

“Entahlah. Bagaimana ya?” ucap Direktur Oh, tak peduli. Dia malah sibuk dengan pengetikan lambannya dan melebar-lebarkan mata pada layar komputer.

“Huft.” Kepala Park kesal karenanya.

Di ruangannya di kantor Penerbit Di Atas Segalanya, Wadir Lee sedang menunggu suatu kabar dengan tidak sabar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di ruangannya di kantor Penerbit Di Atas Segalanya, Wadir Lee sedang menunggu suatu kabar dengan tidak sabar. Lalu Penata Yoo datang dengan berlari-lari kecil.

“Pak Wadir! Pak Wadir!” seru Penata Yoo, heboh.

“Ya. Bagaimana hasilnya?” Wadir Lee tidak sabar.

“Pengajuan … larangan penjualan buku Anak Zombi … sudah disetujui, Pak,” lapor Penata Yoo, sambil senyum-senyum polos.

“Oh. Oh! Hahahahah.” Wadir Lee frustrasi. “Berarti sekarang kita hanya harus mengambil kembali buku-buku yang belum terjual. Hahahah. Iya, kan?”

“Ya,” jawab Penata Yoo, bingung tapi tetap senyum.

“Lucu? Hah? Kau masih bisa senyum sekarang?” Wadir Lee menolak pinggang, “Perusahaan kita mungkin BANGKRUT, TAPI KAU MALAH SENYUM-SENYUM?”

“Lalu, saya harus menangis?” Penata Yoo bingung.

“Tidak,” jawab Wadir Lee, sebal. “Kau keluar saja sana. Tulis surat pengunduran diri, dan pergi dari sini. Sana.” Wadir Lee menggiring Penata Yoo keluar dari ruangan ini, dengan semakin kebingungan.

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now