05 - 5 : PANGERAN TAMPAN

111 12 0
                                    

Senam pagi di RSJ OK berlangsung tertib dan cukup meriah seperti biasanya. Para pasien mengikuti gerakan senam yang dipimpin langsung oleh Direktur Oh, dan para perawat dan sitter ikut senam pula sekaligus mendampingi para pasien. Di sela-sela gerakan senam yang meliuk kiri-kanan, Juri mencuri-curi intip ke arah Kangtae, dan salah seorang pasien melihat dan menyadari kalau mungkin ada sesuatu dalam curi-curi intip itu. Seusai senam, pasien tersebut memanggil Kangtae untuk bicara. Mereka pun bicara di bangku taman rumah sakit.

Adalah Kang Eunja, yang memergoki curi-curi intip Juri saat senam tadi. Dia salah satu pasien wanita di rumah sakit ini, yang berciri khas selalu memakai mantel bulu setiap saat—meski di musim panas seperti ini sekalipun. Mungkin ada cerita di balik mantel bulu itu.

 Mungkin ada cerita di balik mantel bulu itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bu Kang membawakan minuman untuk Kangtae.

“Aih, terima kasih,” ucap Kangtae, sambil menerima minuman dari Bu Kang itu. Kangtae menunggunya untuk bicara terlebih dahulu.

Bu Kang bicara, “Sejak kau mulai bekerja di sini, aku terus mengamatimu, lho? Kau bekerja dengan baik, selain itu kau juga tampan. Kau juga kuat dan sangat bisa diandalkan."

Kangtae jadi canggung mendengarnya.

Lalu, Bu Kang pelan-pelan melihat tanda pengenal Kangtae—dengan mengeluarkan lengannya yang ternyata punya banyak bekas luka sayatan. Dia membaca, “Moon Kangtae. Namamu juga bagus.”

Kangtae hanya tersenyum.

“Berapa usiamu?” tanya Bu Kang, lembut.

“Tiga puluh,” jawab Kangtae, dengan canggung.

“Kalau orang tuamu?” tanya Bu Kang lagi.

“Hm. Sudah meninggal,” jawab Kangtae.

“Dua-duanya?” Bu Kang nampak kaget.

“Ya.”

“Auh, malangnya. Sudah punya pacar?”

“Eh? Tidak,” jawab Kangtae, meski bingung.

“Oh, jadi perawat itu hanya menyukaimu secara sepihak ya?" simpul Bu Kang, sekaligus bertanya. Dan dia mendapatkan keputusan yang bagus dari hal itu.

Bu Kang berkata, “Aku ingin memperkenalkanmu seorang ‘calon’ yang sepertinya akan sangat cocok denganmu.”

“Aih. Tidak, tidak usah.” Kangtae gelagapan.

“Aku bukan ingin memuji putriku sendiri, tapi dia memang sepertinya akan sangat cocok denganmu. Cobalah kau bertemu dulu dengannya saat dia menjengukku, ya?”

“Oh, yah, akan saya pikirkan. Mm, tapi sekarang saya harus masuk. Ada yang harus saya kerjakan.” Kangtae berdiri dengan tidak enak.

“Ya, ya, silakan. Kalau nanti merasa cocok, beri tahu aku ya?” Bu Kang sangat berharap Kangtae akan menyukai putrinya.

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now