12 - 5 : IBU DAN ANAK KUPU-KUPU

70 10 0
                                    

Kangtae menggeledah ulang semua kamar di lantai dua, seperti yang Kepala Park perintahkan, dan sekarang dia sedang menggeledah kamar 203. Dia menemukan gunting kuku di bawah kasur Ju Jeongtae, sumpit besi di sela-sela jendela, pemantik yang masih bisa menyala di dalam kotak tisu di antara ranjang Pak Kan dan Go Daehwan, dan … sebuah foto keluarga yang bagian istrinya dirusak di laci sebelah bawah Go Daehwan. Raut wajah setiap orang dalam foto itu … membuat Kangtae miris dan jadi semakin mencemaskan Go Munyeong.

Sementara itu, bus yang menuju RSJ OK harus melewati pinggiran jalan yang sedang direkonstruksi terlebih dahulu, dan pinggiran jalan tersebut sedang dibor dengan gencarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sementara itu, bus yang menuju RSJ OK harus melewati pinggiran jalan yang sedang direkonstruksi terlebih dahulu, dan pinggiran jalan tersebut sedang dibor dengan gencarnya. Suara bor-annya sudah seperti suara runtutan tembakan sebuah senapan di medah pedang, dan itu … sangat menyiksa bagi Pak Kan.

Karena lampu merah, bus harus berhenti di tidak jauh dari lokasi rekonstruksi itu. Pak Kan menahan diri sekuat mungkin. Telinganya sakit, kepalanya sakit, hingga Sangtae pun bertanya-tanya mencemaskan keadaannya.

“A-ajussi kenapa? Sakit? Sakit kenapa? Huh? Sa-sakit telinga? Huh?”

“Auh, suara itu—”

“Suara itu?”

Suara bor itu sangat menyiksa bagi Pak Kan, benar-benar mengingatkannya akan—Sangtae buru-buru menutup jendela supaya suara apa pun yang Pak Kan sebutkan sedikit teredam, tapi itu tidak cukup membantu. Pak Kan benar-benar sudah tidak tahan lagi dan dia ingin pergi saja dari sini.

Tapi, begitu Pak Kan bangkit dari duduknya, dia seolah mendengar lesutan tembakan lain yang lebih tajam, disusul ledakan bom, meriam, runtuhan tanah dan bangunan yang dibom, dan itu BENAR-BENAR menyiksanya lahir dan batin, hingga dia terduduk dan berteriak-teriak sangat menggila.

Orang-orang di bus jadi kaget dan bertanya, “Ajussi, Ajussi tidak apa-apa? Ajussi?”

Kemudian Sangtae, yang pernah mengalami hal yang serupa dengan Pak Kan sekarang, datang dari arah belakang dengan melebarkan sehelai kemeja miliknya sendiri dan menutupkan kemeja itu ke kepala Pak Kan dan bermantra, “Tenang, tenang, tenang, tenang, tenang. Tidak apa-apa. Tolong hubungi RSJ OK, tolong. Tenang, tenang, tenang, tenang. Tidak apa-apa. Tarik napas. Satu, dua, tiga. Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja. Tidak apa-apa, tidak apa-apa, tidak apa-apa, huh? Tidak apa-apa.” Sangtae melakukan yang biasa Kangtae lakukan untuk dirinya, pada Pak Kan, dengan baik.

” Sangtae melakukan yang biasa Kangtae lakukan untuk dirinya, pada Pak Kan, dengan baik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now