10 - 1 : SALAH PAHAM

104 8 0
                                    

“SEMUA ORANG! ADIKKU MEMBUNUH KAKAKNYA!” Setelah mengejutkan semua orang dengan kalimat itu, Sangtae ditenangkan dan sekarang tertidur di ruang isolasi RSJ OK yang sedang kosong. Kangtae menungguinya di depan pintu dan Munyeong menemani Kangtae, canggung, di ujung koridor.

Direktur Oh dan Kepala Park keluar dari ruang isolasi, setelah memberi Sangtae obat penenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Direktur Oh dan Kepala Park keluar dari ruang isolasi, setelah memberi Sangtae obat penenang. Direktur Oh berkata, “Kakakmu tidur, setelah minum obat penenang. Bagaimana kalau biarkan dulu dia di sini? Bukan berarti dirawat, ini hanya untuk jaga-jaga saja.”

Kangtae hanya mengiyakan dengan desah, dan Direktur Oh pun pergi.

“Dia akan cukup lama tidurnya. Jangan hanya duduk di sini, pergilah ke luar cari udara segar. Ya?” pesan Kepala Park, sebelum pergi juga.

Munyeong hanya diam, memerhatikan Kangtae dari jauh. Lalu matanya agak mengangkat ketika Kangtae berdiri dan lehernya sedikit bergerak saat Kangtae melangkah melewatinya begitu saja. Dia pun mengekori Kangtae keluar gedung, dalam jarak yang memastikan Kangtae tidak akan merasa terganggu karena kehadirannya.

Mereka bukan hanya keluar gedung rumah sakit, tapi juga keluar dari area rumah sakit. Kangtae berjalan terus tanpa arah, di sepanjang tepi jalanan, tanjakan, hingga, “Hey, kau mau ke mana? Sampai kapan kau akan terus berjalan begini?” Munyeong bicara juga dari belakang, tapi Kangtae mengabaikannya.

“Kakiku sakit!” seru Munyeong dan dia pura-pura terkilir, tapi Kangtae sama sekali tidak memedulikannya dan akhirnya Munyeong pun melemparkan sepatunya ke punggung Kangtae, keras-keras. Kangtae pun berhenti berjalan, dan memutar badannya.

Munyeong segera menghilangkan ekspresi marahnya dari wajah, dan menghampiri Kangtae dengan terpincang-pincang karena hanya memakai sebelah sepatu, memakai kembali sepatunya tanpa bantuan tangan, dan bicara pada Kangtae, “Aih, makanya, kau jangan memunggungiku. Kau lapar, tidak? Dua stasiun dari sini, kalau naik kereta, ada—”

“Go Munyeong,” Kangtae akhirnya bicara, dan katanya, “jangan mengikutiku terus,” lalu berpaling, tapi Munyeong memegangi tangannya dan mengingatkan bahwa, “Kita kan satu set, harus selalu bersama.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PSYCHO BUT IT'S OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang