10 - 2 : DIAM SERIBU BAHASA

74 7 0
                                    

Klak. Tok-tok. Juri datang membawakan tas milik Sangtae yang tercecer begitu saja di dinding tangga. Dia masuk dan mencoba bicara dengan Sangtae yang sedang menyembunyikan diri di balik selimut.

"Oppa tidur? Tidak lapar? Di sini pengap, kan? Kalau sudah ada kamar lain yang kosong, nanti Oppa boleh pindah ke sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oppa tidur? Tidak lapar? Di sini pengap, kan? Kalau sudah ada kamar lain yang kosong, nanti Oppa boleh pindah ke sana. Tapi kalau Oppa mau pulang-"

"Tidak, tidak, tidak. Aku tidak mau pulang!" Sangtae berseru dari balik selimut.

"Baiklah, tetap di sini saja untuk sementara. Kalau perlu apa-apa, panggil aku ya? Hm?" Lalu Juri pun pergi karena Sangtae tak kunjung menjawab. Sangtae tetap di balik selimut meski sebenarnya dia mulai kepanasan.

 Sangtae tetap di balik selimut meski sebenarnya dia mulai kepanasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irisan bawang Ibu Kang nampak lebih cepat dan kasar kali ini. Mungkin dia sedang marah karena kejadian 'semua orang' di rumah sakit tadi, dan sekarang dia masih harus memasak untuk anak-anak kosnya yang sedang meributkan hal yang sama di ruang tengah.

Jaesu cemas karena tidak bisa menghubungi Kangtae seharian ini. Wadir Lee memikirkan sesuatu dengan sangat serius di ujung sofa, dengan bertumpang kaki, dan Penata Yoo seperti sedang berkuda-kuda di meja pendek di depan Jaesu dan Wadir Lee.

"Ah, anak ini kenapa gak bisa dihubungi sih?" keluh Jaesu, khawatir.

"Di sana pasti tegang sekali ya? Bagaimana kalau saya pergi untuk menemaninya?" usul Penata Yoo, menawarkan diri.

"Memang kau bisa melakukan apa untuk Munyeong?" tuduh Wadir Lee, menunjuk-nunjuk.

"Bukan Bu Penulis, tapi Pak Ilustrator."

"HEH!" Wadir Lee memarahi, "Keadaan Munyeong itu lebih gawat daripada pertengkaran saudara ini! Dia berada di antara mereka berdua, gak akan bisa kerja. Kenapa kau malah memikirkan Ilustrator Moon?"

"WAH!" Jaesu marah-marah, "otak bisnis Anda itu LUAR biasa sekali," sindirnya, terang-terangan.

"Apa?" Wadir Lee tidak terima.

"Nama itu cocok sekali dengan Anda. SANG-IN, huh? Pebinis. Mata duitan." Jaesu mulai menghina-hina Wadir Lee. (Sangin; pedagang, penjual, dan semacamnya.)

PSYCHO BUT IT'S OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang