11 - 4 : BELUM SEMPURNA

74 7 0
                                    

Pagi ini, Sangtae yang sudah dewasa melanjutkan pekerjaan melukisnya di RSJ OK

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi ini, Sangtae yang sudah dewasa melanjutkan pekerjaan melukisnya di RSJ OK. Dia menambahkan detail di sana-sini supaya lukisannya terlihat lebih indah dan, sambil lalu, Direktur Oh menilai, “Eh? Minggu depan mungkin lukisannya sudah bisa selesai, ya, ini?”

“Ya. Se-se-se-sedikit lagi, lukisannya selesai. Sedikit lagi. Selesai. The end. T-tapi, aku akan dapat berapa? Tergantung hasilnya, aku dapat berapa? Kalau sudah selesai, aku ingin terima uangnya.” Sangtae sedang butuh uang untuk membayar denda tiga kali lipat—eh, enam kali lipat—pada Go Munyeong.

“Ah, tapi di situ tidak ada kupu-kupunya,” kata Direktur Oh, pura-pura tidak puas.

Sangtae jadi sungkan. Katanya, “A-aku memang tidak menggambar kupu-kupu.”

“Aih, tapi kan aku inginnya kau menggambar persis seperti aslinya. Di luar ada BANYAK sekali kupu-kupu, tapi kok di situ tidak ada sama sekali sih? Kan tidak sesuai perjanjian. Artinya lukisan ini belum selesai dong. Tidak sempurna.”

“Ak-ak-aku tidak suka kupu-kupu, ti-ti-tidak mau menggambarnya.”

“Kalau tidak mau, ya jangan digambar, jangan  minta upah juga. Aku gak suka lukisan yang tidak selesai.” Direktur Oh pergi, bertingkah jual mahal.

“Eh? U-uang. Ah. Emh. Kan sudah hampir selesai.” Sangtae kecewa sekali. Makanya, dia pulang saja, mengemas semua alat lukisnya, dan berjongkok ‘curhat’ pada itik-itik dan ayam-ayam yang dipelihara di halaman belakang rumah sakit sembari menunggu Kangtae untuk pulang bersama.

 Makanya, dia pulang saja, mengemas semua alat lukisnya, dan berjongkok ‘curhat’ pada itik-itik dan ayam-ayam yang dipelihara di halaman belakang rumah sakit sembari menunggu Kangtae untuk pulang bersama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sangtae menggerutu, “Oh Jiwang, penipu! Tukang bohong. Oh Jiwang. Suaranya baik, wajahnya baik, ta-tapi tukang bohong, tukang bohong. Tidak bisa dipercaya. Huh?”

Kangtae datang dengan berlari, dan wajahnya terlihat amat ceria.

“Sudah lama menunggu? Ayo. Eh? Kenapa alat-alatnya dibawa pulang juga? Lukisannya kan masih belum selesai.” Kangtae melihat alat-alat lukis Sangtae telah dikemas di dua tas di sampingnya.

“G-gak mau.”

“Kenapa?” Kangtae berjongkok.

“Kalau gak mau, ya gak mau.”

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now