09 - 1 : BERMULUT PENUH

95 7 0
                                    

Karena menonjok tamu yang berkunjung, sekarang Kangtae diskors dan tidak akan mendapat gaji selama itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karena menonjok tamu yang berkunjung, sekarang Kangtae diskors dan tidak akan mendapat gaji selama itu. Entah bagaimana, Kangtae sangat bahagia dan meminta Munyeong membawanya berlibur. Tapi itu hanya untuk sesaat, benar-benar hanya untuk sesaat, karena sekarang Kangtae sudah sangat menyesali tindakannya. Dia membengong kosong di kursi kernet di samping Munyeong yang sedang mengemudi dengan antusias.

“Kita ke mana nih? Ke luar negeri pasti lebih seru, kan? Amerika atau Eropa juga gak masalah. Oh! Ke tempat yang panas saja. Afrika. Alam liar terbuka, Serengeti. Bagaimana?” Munyeong sudah tidak sabar untuk berpetualang, sedangkan Kangtae melungsar.

“Kau sedang apa itu?” Munyeong meliriki Kangtae, “Kau tidak sedang … berpikir begitu, kan?”

“Tidak. Tidak kok. Bukan.” Kangtae gelapagapan. Dia tidak sedang berpikir untuk berubah pikiran. Setidaknya itulah yang dia yakini.

“Yah, sebaiknya jangan. Kau kan sudah keren tadi, nonjok orang dan mengajakku berlibur. Tidak mungkin kalau sekarang kau sudah menyesalinya. Iya, kan?”

“Tentu saja. Siapa yang menyesal? Huh.” Kangtae ingin sekali menangis di dalam hati.

“Kalau begitu, ayo kita ke Serengeti.” Munyeong optimis sekali, tapi, “Aku tidak punya paspor,” sebut Kangtae, miris, dan Munyeong langsung melotot.

“Memangnya kau itu alien? Zaman sekarang, mana ada orang yang gak punya paspor?”

“Aku memang tidak punya.” Kangtae sangat menyesal.

“Kalau begitu, yah, kita ke Pulau Jeju saja.”

“Aiy. Kalau ke sana tidak mungkin bisa bolak-balik.”

“BOLAK-BALIK? YANG BENAR SAJA?!” Munyeong hampir menghentikan mobilnya karena marah.

“Waktu itu kan kau ngajaknya ke ladang atau naik gunung. Berarti, kan, kalau begitu, cukup hanya satu hari saja, tidak perlu—”

“Baik,” Munyeong mengalah, “kalau begitu, supaya perjalanannya bisa dua hari satu malam—”

“Kalau mau menginap, Hyung juga harus diajak.”

“Aish.” Munyeong tiba-tiba menginjak gas dan membanting setir memasuki jembatan pantai.

Kangtae kaget dan otomatis berpegang. “Apa-apaan ini?” tanyanya, panik.

“Pikirkan baik-baik, dan jawab.” Munyeong terus mengebut meski Kangtae memintanya berhenti dan, “Kau mau liburan bolak-balik denganku atau menginap?” Munyeong membuat Kangtae harus memilih dalam kegentingan yang sangat berbahaya.

“Hentikan mobilnya!” Kangtae berteriak.

“MAU MENGINAP DENGANKU?! ATAU! KITA MATI BERSAMA?!” dan, “GO MUNYEONG!!!!!” Kangtae berteriak panjang dan Munyeong pun me-rem mobilnya di beberapa meter sebelum jembatan ini habis.

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now