02 - 6 : SEPATU MERAH

161 22 0
                                    

Seisi gedung kantor Penerbit Di Atas Segalanya KACAU karena berita mengenai Go Munyeong. Banyak telepon masuk, dari berbagai wartawan yang menginginkan konfirmasi dan wawancara dengan Go Munyeong, dan video penjambakan dan pengumpatan Go Munyeong di acara fansigning buku kemarin beredar luas hingga ke media massa. Uh, menghapus rekaman CCTV toko buku saja tidak cukup untuk menghentikan peredaran video itu, rupanya. Wadir Lee pun marah besar.

“… Berikut adalah video yang diunggah di forum ibu-ibu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“… Berikut adalah video yang diunggah di forum ibu-ibu. Penulis Go Munyeong melakukan tindak kekerasan di acara fansigning bukunya sendiri, hingga membuat penggemar yang datang terkejut dan merasa kecewa,” berita televisi, yang ditonton oleh segenap karyawan Penerbit Di Atas Segalanya di ruang rapat.

“Dia sendiri yang menjambak rambut saya, tapi dia ingin saya meminta maaf padanya,” ungkap Ayah Jo, yang matanya diburamkan, sebagai korban di wawancara televisi.

Ibu Jo juga berbicara, “Sinting, katanya. Dia bilang begitu sambil tertawa. Menyeramkan sekali, sampai merinding saya. Gara-gara itu, malamnya saya bahkan tidak bisa tidur walaupun sudah minum obat. Uh.”

“…. Bukan hanya ini saja,” berita melanjutkan, “Setelah berita ini mencuat, perilaku buruk Penulis Go Munyeong di masa lalu juga pelan-pelan mulai terungkap dan menjadi pembicaraan hangat di internet.”

Lalu, televisi menayangkan video Guru Satu Hari Go Munyeong di suatu sekolah dasar. Dalam video itu, Munyeong menyuruh anak-anak untuk membaca kata ‘dongeng’ yang jelas-jelas ditulisnya dalam bahasa Inggris dan aksara Cina. Karena tidak ada anak yang bisa membaca, Go Munyeong nampak merendahkan anak-anak itu dengan berkata, “Dongeng. Fairy tale. Kalian tidak tahu?”

“Tahu,” jawab anak-anak SD.

“Menurut kalian, apa itu dongeng? Hey, anak yang ngupil di belakang, coba katakan, apa itu dongeng?” dan seterusnya, yang membuat Wadir Lee berkomat-kamit seperti orang gila di kursi ratu Go Munyeong.

“…. Banyak orang mengatakan, bahwa penulis dongeng yang sangat populer tersebut telah menodai mimpi dan harapan anak-anak di dalam dan di luar negeri. Juga, banyak pula yang menginginkan agar Penulis Go Munyeong ini dicabut dari nominasinya pada Hans Christian Andersen Award—” Wadir Lee tidak tahan lagi mendengarnya. Dia mematikan televisi. (Hans Christian Andersen Award, adalah penghargaan Internasional tertinggi bagi pengarang dan ilustratos buku anak-anak yang diadakan setiap dua tahun satu kali di berbagai negara di seluruh dunia. [id.m.wikipedia.org])

Wadir Lee meringis di kursi ratu Go Munyeong.

“Pak Wadir, bagaimana ini? Kali ini kita tidak mungkin bisa menyelesaikannya dengan uang,” keluh Karyawan Go, bingung.

“Ah, tidak. Itu tidak akan terjadi,” Wadir Lee menyangkal kenyataan yang sedang terjadi dan, “Kita akan baik-baik saja. Kita kan pernah mengalami yang lebih buruk dari ini sebelumnya, jadi pasti ini juga akan ada jalan keluarnya. Hoh.”

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now