11 - 4 : PUNYA PERTANYAAN

69 8 0
                                    

“Waw! Piza dari mana ini?!” seru Sitter Oh, begitu melihat bertumpuk kotak piza di ruang kerja dan sengaja tak menyadari kalau sedang ada rapat kecil-kecilan di sini. Kepala Park langsung mengetuk meja dengan bolpoin dan menatap sinis pada Sitter Oh karenanya, disusul Dokter Kwon, Juri, dan Perawat Seon, sehingga Sitter Oh terpaksa bergabung dengan rapat itu dan melupakan sebentar keinginannya untuk menyantap piza.

“Jadi, hasil pemeriksaan Pak Go Daehwan bagaimana?” Juri bertanya dengan penuh keprihatinan, dan Kangtae datang ketika ini.

“Tumor otaknya sudah menyebar sampai ke lobus frontal,” sebut Dokter Kwon, dengan sangat disayangkan.

“Dokternya bilang apa? Masih bisa dioperasi?” Kepala Park bertanya, dan Kangtae mulai ikut mendengarkan topik pembicaraan ini.

“Tidak. Katanya kali ini akan sulit,” jawab Dokter Kwon, ikut sedih.

“Ah, kasihan sekali Pak Go Daehwan.” Perawat Seon mengiba, dan Kepala Park hanya mendesah karena kasihan pula.

Juri melirik Kangtae, dan Kangtae tidak tahu harus berbuat apa.

Di kamar rawatnya, Go Daehwan juga hanya membengong sambil berbaring. Pak Kan dan Ju Jeongtae yang sekamar dengannya pun hanya bisa merasa kasihan atas nasib orang tua itu.

 Pak Kan dan Ju Jeongtae yang sekamar dengannya pun hanya bisa merasa kasihan atas nasib orang tua itu

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Juri terlihat tidak memakai seragam perawatnya sore ini, sebelum jam kerja usai. Dia juga membawa serta tasnya menuju lobi utama. Ibu Kang yang secara kebetulan melihat pun bertanya, “Mau ke mana?”

“Aku ada janji, terus langsung pulang.”

“Janji dengan siapa, sampai cuti setengah hari segala?”

“Sangin. Aku pergi ya?”

“Aih. Sebentar!” Ibu Kang langsung bersemangat, dan dia mengeluarkan lipstik dari sakunya untuk dipakaikan ke bibir putrinya supaya terlihat lebih cantik.

Sambil melipstiki, Ibu Kang berceramah, “Kalau mau kencan itu, dandanlah sedikit. Itu tata krama. Berani betul kau kencan tanpa dandan begini.”

“Siapa yang kencan?”

“Ratakan, ratakan,” dan Juri memilin-milin bibirnya.

“Bagaimana?”

“CANTIK sekali, seolah bunga-bunga di musim semi BERKUMPUL semuanya di wajahmu.” Ibu Kang sangat menyayangi putrinya.

“Sampai jumpa di rumah ya?” Juri jadi malu, dan dia melangkah pergi dengan irit-irit.

“Pulang yang malam ya?!” pesan Ibu Kang, dengan berteriak, dan dia harap putrinya itu membawa kabar baik saat pulang nanti. Ah, dia senang akhirnya putrinya itu mulai membuka hati untuk pria lain.

 Ah, dia senang akhirnya putrinya itu mulai membuka hati untuk pria lain

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
PSYCHO BUT IT'S OKAYМесто, где живут истории. Откройте их для себя