06 - 1 : AKU BUKAN MILIKMU

94 11 0
                                    

Kangtae memasuki Kastel Terkutuk Go Munyeong, dengan kedua tangannya, dan terus masuk hingga ke ruang baca dan menemukan Sangtae tertidur pulas di sana dengan memeluk sebuah botol anggur yang telah kosong. Kangtae coba membangunkan kakaknya itu, tapi tak berhasil. Maka, Kangtae membiarkannya saja tertidur sementara dirinya menjelajahi kastel terkutuk ini untuk mencari penghuninya.

Kangtae naik ke lantai dua, mengambil arah kiri dan kiri lagi, dan dia pun menemukan Munyeong di beranda. Kangtae pergi padanya, yang hanya menoleh sebentar ke arahnya saat tahu dia datang.

Kangtae mendekat dan Munyeong bicara, “Sejak kapan, tepatnya, kau tahu siapa aku?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kangtae mendekat dan Munyeong bicara, “Sejak kapan, tepatnya, kau tahu siapa aku?”

“Mungkin, waktu itu,” jawab Kangtae, tidak mengawang, “saat aku melihat tatapan matamu untuk pertama kalinya.”

“Wah,” Munyeong takjub, “aktingmu benar-benar luar biasa. Kurasa, kau pantas dapat Oscar. Menyenangkan, hah? Selama ini kau pura-pura tak mengenaliku dan mempermainkanku.”

“Kau juga sama saj—”

“Aku,” Munyeong memotong, “aku bukan pura-pura tidak mengenalimu.”

“Ya,” Kangtae tahu, “kau hanya berusaha menarik perhatianku, tapi aku menghindar. Aku ingin … terus berpura-pura dan mengabaikanmu.”

“Kenapa?” Munyeong menuntut.

“Aku sudah mengatakannya malam itu. Aku … masih dalam pelarian untuk menghindarimu.” Kangtae terlalu pengecut untuk berhadapan kembali dengan anak perempuan yang pernah menyelamatkannya—tapi dia malah lari darinya—waktu kecil itu.

“Lalu? Sekarang kau sudah lelah berpura-pura? Kenapa tiba-tiba ‘menunjukkan diri’?” Munyeong benar-benar merasa Kangtae jahat dalam hal ini.

“Aku ingin benar-benar membereskannya,” jawab Kangtae, jahat. “Terima kasih, telah menolongku, waktu itu, di sungai es. Dan maaf, karena lari darimu padahal awalnya akulah yang terus mendekatimu. Aku sangat menyesal, dan hari itu juga—”

“Hentikan.” Munyeong tidak mau dengar.

“…. aku datang ke sini untuk meminta maaf.”

“Jangan diteruskan!”

“Sejak saat itu aku terus menyesalinya, dan jadi tidak bisa melupakanmu karenanya.” Karena itulah Kangtae datang hari ini.

Munyeong marah, “dan sekarang kau akan melupakanku?”

“Terlalu berat bagiku. Hyung seorang saja sudah cukup.” Kangtae tidak mau menambah beban dirinya lagi, dengan ‘memasukkan’ orang lain ke dalam hidupnya. Kangtae akan pergi dari sini.

“Kalau kakakmu bisa, kenapa aku tidak?” Munyeong menuntut dan memohon, “Jangan begitu. Aku juga membutuhkanmu.” Munyeong berpegang pada lengang Kangtae, kuat-kuat.

Kangtae melepaskan pegangan tangan Munyeong, dan berkata, “Aku tidak mau menjadi orang yang dibutuhkan oleh siapa pun lagi,” lalu pergi dari Go Munyeong.

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now