03 - 2 : KASTEL YANG TERKUTUK

141 17 0
                                    

“Kenapa? Kau mau kita pura-pura tidak saling kenal? Kelihatan kok dari ekspresimu,” kata Munyeong, di depan mobilnya, pada Nam Juri yang belum mengatakan apa pun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Kenapa? Kau mau kita pura-pura tidak saling kenal? Kelihatan kok dari ekspresimu,” kata Munyeong, di depan mobilnya, pada Nam Juri yang belum mengatakan apa pun. Lalu dia mengeluarkan sebatang rokok dari tas tangannya.

“Terima kasih kalau kau tidak keberatan,” ucap Juri, untuk ‘pura-pura tidak saling kenal’ tadi.

“Itu sih mudah saja.” Kali ini Munyeong mengeluarkan pemantik lalu menyundut rokoknya di bibir.

“Tapi, ngomong-ngomong, kau ada hubungan apa dengan Kangtae?” tanya Juri, dengan agak gengsi tapi ditutup-tutupinya dengan tidak melihat wajah Munyeong.

“Kenapa? Itu terlalu sulit untuk kauabaikan?” Munyeong menertawakan Juri, yang katanya ingin pura-pura tidak saling kenal tapi malah dia sendiri yang bertanya duluan.

Juri tidak bisa berbohong.

“Entahlah,” jawab Munyeong, untuk pertanyaan Juri. “Aku gak bisa menggambarkan hubungan antar manusia dengan hanya satu kata saja. Hubungan kami cukup rumit. Setiap kali bertemu, selalu ada hal yang tidak terduga. Dan ketika itu, satu sama lain selalu menunjukkan sisi yang berbeda. Kalau kebetulan-kebetulan seperti itu terus berlangsung hingga sampai di sini, kira-kira hubungan kami itu bisa disebut apa? Terlalu konyol kalau aku menyebutnya takdir. Iya, kan?”

Ah, Juri menarik napas diam-diam.

Di ruang ganti, setelah berganti pakaian, Kangtae merasa bahwa dia tidak bisa membiarkan Go Munyeong begitu saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di ruang ganti, setelah berganti pakaian, Kangtae merasa bahwa dia tidak bisa membiarkan Go Munyeong begitu saja. Dia harus mengatasi wanita itu tapi … di mana mobilnya? Sepertinya dia sudah pergi. Kangtae tidak melihat mobil Munyeong di halaman rumah sakit.

Munyeong masih ada di sini, halaman rumah sakit. Dia sengaja tidak terlihat oleh Kangtae pada awalnya, untuk kemudian muncul dan berkata, “Naik,” dari kaca mobilnya yang diturunkan.

Merasa dipermainkan, Kangtae malah berpaling dan menelepon Jaesu—untuk menjemputnya. Tapi, Munyeong, “NAIK!” berteriak dan memberisiki telepon itu dengan rentetan bunyi klakson.

“Nanti kutelepon lagi.” Kangtae menutup telepon.

“Tak usah buang-buang energi, naik saja. Kita makan daging. Aku lapar,” kata Munyeong, berlagak manis.

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now