10 - 7 : PENGGEMBALA DAN BIRI-BIRI

157 8 1
                                    

Pulang dari RSJ OK, Ibu Kang menemukan Munyeong sedang duduk di anak tangga depan rumahnya. Dia sangat kaget dan otomatis bertanya, “Ada apa kau ke sini?”

“Tempo hari kan,” Munyeong menjawab dengan lesu, “Anda menyuruhku datang untuk makan.”

“Iya,” Ibu Kang senang sekali mendengarnya, “kau mau makan apa?” Dia akan membuatkan apa pun yang tamu istimewanya ini inginkan, dan Munyeong inginkan adalah sup rumput laut.

Tanpa memakan waktu lama, sup itu sudah terhidang di meja khusus untuk Munyeong, bersama lauk lainnya yang tidak kalah istimewa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanpa memakan waktu lama, sup itu sudah terhidang di meja khusus untuk Munyeong, bersama lauk lainnya yang tidak kalah istimewa. Ibu Kang bahkan menuangkan air minum untuk Munyeong dan mengucapkan, “Selamat?” membuat Munyeong heran ‘dari mana Ibu Kang tahu’.

“Aku bahkan bukan kerabatmu, tapi kau datang ke sini dan memintaku memasak sup rumput laut, yah, sudah tentu, ini hari ulang tahunmu. Anggaplah ini hadiah dariku. Ayo, dimakan.” Ibu Kang sangat berbaik hati pada tamunya yang bisa dibilang ‘aneh’ ini.

Munyeong tersentuh, tapi … dia hanya akan memakan saja sup rumput laut ini. Dia menyeruputnya sedikit demi sedikit.

“Kau suka?” tanya Ibu Kang, penuh perhatian dan, “Yah, lumayan,” jawab Munyeong, tidak menunjukkan perasaannya.

“Syukurlah.” Ibu Kang senang.
Munyeong tidak tahu lagi harus berkata apa. Mengetahui itu, dengan sendirinya Ibu Kang bangkit dan memberi tamunya ‘tempat’, tapi diam-diam dia mengamatinya dari kaca pintu ruang makan. Ah, anak itu makan dengan lahap, syukurlah. Ibu Kang benar-benar senang melihatnya.

Selagi Munyeong makan, tiba-tiba Wadir Lee dan Penata Yoo pulang dan mereka amat kaget melihat Munyeong di sini dan sedang makan.

“Heh!” Wadir Lee tersengal-sengal, “Ke mana saja kau, mengabaikan telepon dan pesanku dan—malah makan di sini? Aku bilang kan akan mentraktirmu makan daging di restoran mahal.”

“Sup ini juga ada dagingnya,” sebut Munyeong, sambil makan. Matanya hanya terpaku pada makanan itu dan dia tidak marah-marah pada Wadir Lee yang agak membentaknya.

Wadir Lee tidak menyanggah. Jujur, situasi ini terlalu aneh baginya untuk dilihat.

“Bu Penulis, selamat ulang tahun,” ucap Penata Yoo, manis-manis, “Saya akan menyanyikan sebuah lagu untuk Anda.”

“Oh, bagus itu. Ayo, ayo.” Wadir Lee mendukung.

Penata Yoo pun mulai menyanyi, sambil bertepuk tangan sesuai irama, “Ngapain lahir? Ngapain lahir? Kau jelek, gak berguna. Ngapain lahir?”

“Sudah bosan hidup, hah?” Munyeong mendalik dengan sisa tenaganya.

Wadir Lee hanya meringis-ringis menyalahkan Penata Yoo.

Wadir Lee hanya meringis-ringis menyalahkan Penata Yoo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now