06 - 2 : PASTI KEMBALI

82 12 0
                                    

Hari itu, Kangtae pulang dengan gembira. Dia baru saja mendapatkan sabuk merahnya dalam taekwondo dan dia ingin ibunya tahu tentang itu. Tapi, ketika pulang, dia mendapati situasi yang tidak baik di rumah; Sangtae babak belur dan Ibu nampak marah sekali padanya.

“Moon Kangtae!” Ibu membentak dan bahkan menarik-naik kerah baju Kangtae, “ada apa denganmu? Kau pergi ke mana? KENAPA KAU MEMBIARKAN KAKAKMU PULANG SENDIRI?! SEHARUSNYA KAN KAU MENJAGANYA!”

Kangtae, yang tadinya amat bergembira, menunduk patuh mendengar bentakan ibunya. Dia tak melawan, bahkan ketika Ibu memukul-mukulinya sambil terus marah.

“Kau di mana saat kakakmu dikeroyok, hah? Eomma mengizinkanmu masuk kelas taekwondo itu supaya kau bisa menjaga kakakmu. Tapi apa yang kaulakukan? Hah?!”

Kangtae MARAH sekali, pada ibunya. Selama ini dia diam saja diperlakukan secara tidak adil, tapi kali ini, “Aku … bukan penjaganya Hyung,” Kangtae bicara untuk pertama kalinya.

“Apa?” Ibu kaget mendengarnya.

“AKU! BUKAN ORANGNYA HYUNG. AKU ADALAH AKU! MOON KANGTAE ITU, ya milik Moon Kangtae sendiri.” Kangtae membela dirinya sendiri, tapi ….

Ibu lagi-lagi menyalahkannya dengan, “Apa katamu? Kau bilang apa barusan?”

“Moon Kangtae itu,” Sangtae membantu menjawab, “milik Moon Kangtae. Heuk-heuk-heuk-heuk,” tawanya, entah sedih atau benar-benar menertawakan.

Kangtae tidak tahan lagi terhadapnya. Dia sangat marah, dan karena marahnya itu dia berkata, “Aku maunya, Hyung gak pernah ada di dunia ini!” THUK, dan dia melemparkan sabuk merahnya ke tanah dan berlari entah menuju ke mana.

Mata Sangtae tertuju pada sabuk merah Kangtae. Dia tahu benda itu adalah milik adiknya, maka, dia ambil sabuk merah itu dan pergi menyusul Kangtae sambil mengacung-acungkannya sepanjang jalan. Ah, lutut Ibu melemas dan akhirnya dia berjongkok dengan sangat frustrasi.

Sementara itu, Kangtae dan Sangtae sudah cukup jauh dari rumah dan tiba di atas sungai yang membeku. Sangtae masih terus mengejar-ngejar adiknya.

“Milik Moon Kangtae! Milik Moon Kangtae!” serunya, sambil mengacung-acungkan sabuk merah Kangtae dengan berkali-kali terpeleset jatuh karena es di atas sungai ini sangat licin.

Mendengar kepayahan kakaknya, Kangtae mulai luluh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar kepayahan kakaknya, Kangtae mulai luluh. Dia pun berbalik dan … menjulurkan tangan pada Sangtae.

“Berdiri,” kata Kangtae, dan dia benar-benar membantu kakaknya berdiri.

“Milik Moon Kangtae,” kata Sangtae, sambil menjulurkan sabuk merah itu dengan terengah-engah dan menahan sakit di wajahnya yang babak belur. Dia senang, sabuk itu sudah kembali ke tangan pemiliknya sekarang.

Kangtae pun tersenyum. Lalu, kakak-beradik ini bermain bersama di atas sungai yang membeku dan mereka bersenang-senang. Mereka bermain kejar-kejaran; Kangtae mengambil boneka dinosaurus Sangtae dan Sangtae mengejar-ngejar Kangtae karenanya. Mereka berdua berkejaran berputar-putar, sementara Munyeong duduk sendirian di tepi sungai beku dan hanya melihat kebahagiaan mereka dengan sedikit iri.

PSYCHO BUT IT'S OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang