04 - 5 : TIDAK AKAN PERNAH MENGERTI

90 15 0
                                    

Tuktuktuk-tuktuktuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tuktuktuk-tuktuktuk. BRAK. Kepala Park masuk begitu saja ke dalam ruangan Direktur Oh, mengagetkan Direktur Oh yang menatap layar komputer dengan sangat serius.

“Aduh. Ketuk pintu dulu, sebelum masuk!” seru Direktur Oh, saking kaget.

“Sudah! Anda tidak akan diam saja, kan, tentang masalah Pak Kwon Mansu ini?!” sebut Kepala Park, menuntut.

“Aku akan diam saja kok.”

“Ah, Pak Direktur!” Kepala Park gatal sekali jadinya.

“Kemari, lihatlah ini,” kata Direktur Oh, mengajak Kepala Park melihat layar komputernya.

Dengan sabar, Kepala Park berpindah ke samping Direktur Oh dan melihat … rekaman Kwon Mansu yang memukuli Kangtae dengan sangat jelas. Eh? Apa ini? Kepala Park kaget melihatnya.

Maka, Direktur Oh menceritakan, bahwa, sejak Kwon Mansu masuk ke ruangannya ini, Direktur Oh sudah sadar akan kamera CCTV. Karena itu, Direktur Oh menyilakan Kwon Mansu duduk di kursi yang ‘strategis’, dan Direktur Oh memang menunggu momen di mana Kangtae mengamuk—meski itu benar-benar bukan setting-an, dan BERHASIL merekam tindak kekerasan yang dilakukan oleh Kwon Mansu. Yes! Direktur Oh mendapatkan ‘ikannya’.

“Rencananya,” kata Direktur Oh, berpikir, “aku akan gunakan video ini untuk mengancam Pak Kwon agar tidak memperpanjang masalah. Kalau bisa, aku juga akan sekalian minta donasi.”

“Anda serius?” Kepala Park heboh.

“Kenapa tidak? Kwon Gido kan kondisinya jadi membaik karena kejadian itu, berarti yang harus kulakukan adalah memberi pelajaran pada orang yang sudah memukul staf kita.”

Wah. Kepala Park sangat menghormati Direktur Oh untuk keputusan yang satu itu.

Di lobi utama, Sangtae sedang membayangkan bagaimana lukisannya akan dibuat di dinding rumah sakit, sambil mengamati dinding itu dengan berjongkok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di lobi utama, Sangtae sedang membayangkan bagaimana lukisannya akan dibuat di dinding rumah sakit, sambil mengamati dinding itu dengan berjongkok. Dia berkata-kata, sambil menunjuk-nunjuk, “Itu, itu, itu, ombak, dan di situ laut, laut, laut. Selamat siang! Di tengah, rumah sakit, ayunan. Ada ayunan di bawahnya.”

“Hmp? Hanya orang baik yang bisa melihatnya, atau bagaimana?” Munyeong mengernyit-ngernyit karena hanya melihat dinding kosong, tidak seperti yang Sangtae sebutkan.

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now