06 - 3 : SELAMAT MALAM

108 10 0
                                    

Di toko kue, Wadir Lee membeli semua jenis kue yang dipajang kecuali yang dipilih oleh Penata Yoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di toko kue, Wadir Lee membeli semua jenis kue yang dipajang kecuali yang dipilih oleh Penata Yoo. Dia akan membawakan semua kue itu untuk Go Munyeong.

“Memangnya, kalau dibawakan banyak kue seperti ini, Bu Penulis jadi akan mau menampung kita di rumahnya?” kata Penata Yoo, tidak yakin.

“Hey, masalahnya bukan itu. Munyeong gak nulis kalau kekurangan gula. Kita harus sering-sering membawakannya yang manis-manis. Jadi berapa?” Wadir Lee bertanya pada kasir dan membayar tagihannya.

Sambil menunggu semua kue dibungkus, Wadir Lee dan Penata Yoo memesan masing-masing kopi panas dan es kopi dan kue kecil untuk dimakan di sini. Meski semuanya manis, perasaan Wadir Lee tetap tidak membaik karena sesuatu.

“Ah, firasatku gak enak nih. Hoh?”

“Makanya itu, kan, Anda bangkrut?”

“Ish,” dan Wadir Lee menggerutu, “pokoknya, kita harus sudah di sana duluan sebelum Munyeong membawa orang lain masuk ke kastel terkutuk itu. Yang cepat makannya. Cepat,” dan lidah Wadir Lee terbakar karena kopi panasnya—sementara Penata Yoo menyedot es kopinya dengan lancar.

 Cepat,” dan lidah Wadir Lee terbakar karena kopi panasnya—sementara Penata Yoo menyedot es kopinya dengan lancar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena bimbang, di rumah atap, Kangtae bahkan tidak bisa menikmati suara ombak dan burung-burung dengan baik. Kemudian Ibu Kang naik, dengan kepayahan, membawa cukup banyak kentang.

Kangtae memberi salam.

“Hari ini kau libur, kan?” tanya Ibu Kang, tahu.

“Ya,” jawab Kangtae, sopan.

“Aku ada kiriman kentang dari saudara, rencananya mau kurebus hari ini, kau bisa kan kalau—Eh? Wajahmu kenapa itu? Ada pasien yang mengamuk kemarin?” Ibu Kang melihat wajah Kangtae agak merah dan babak belur.

“Aih, tidak. Bukan begitu.”

“Lalu? Kau berkelahi?”

“Mm, hanya sedikit bertengkar dengan Hyung.”

“Auh, bertengkar apa? Itu sih pasti kau dipukuli. Auh. MOON SANGTAE, KALAU KAU MEMUKULI ADIKMU BEGITU LAGI, SIAP-SIAP DIMARAHI AJUMMA YA?” Ibu Kang meneriaki rumah atap, mengira Sangtae pasti ada di dalamnya.

PSYCHO BUT IT'S OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang