11 - 6 : BAHAGIA

97 11 0
                                    

Di ranjangnya di Kastel Terkutuk, Munyeong terus mengirimi Kangtae pesan; ‘Telepon,’ ‘Aku bosan,’ dan ‘Lapar,’ tapi Kangtae hanya membacanya dan tidak membalasnya. Itu membuat Munyeong sebal sekali.
Ah, Munyeong tidak bisa tidur. Dia menyesal telah mengembalikan Mangtae.

TOK-TOK-TOK. TOK. TOK-TOK-TOK. Ada yang mengetuk pintu sangat keras di luar. Siapa itu? Munyeong berwaspada.

Dia pun turun dari ranjangnya dan mengendap-endap hingga ke lantai satu. Saat dilihat, Penata Yoo tertidur nyenyak di sofa ruang baca, ‘seolah’ tak mendengar suara apa pun, tapi—TOK-TOK-TOK-TOK-TOK! Ketukan ini BENAR-BENAR menakuti Munyeong.

Munyeong pun mengambil salah satu sekop, yang sebenarnya hanya diperuntukkan sebagai pajangan, dan berbekal sekop itu, dia pergi menuju pintu dengan sangat waspada.

Pelan, pelan dan pelan, Munyeong terus bergerak menuju pintu, sambil menodongkan sekop tadi. Dia pun membuka pintu itu dan menjulurkan sekopnya ke luar terlebih dahulu, sebelum kepala dan sebagian tubuhnya.

Tak menemukan apa pun setelah celingukan, Munyeong agak heran tapi lega, tapi, “EUARGH!” sekop Munyeong ditarik oleh seseorang dan orang itu adalah … Kangtae. Uh, Munyeong takut sekali tadi, sedangkan Kangtae marah.

 Uh, Munyeong takut sekali tadi, sedangkan Kangtae marah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Huh. Jangan sembarangan membukakan pintu. Bagaimana sih? Kau kan sudah janji. Untuk apa bawa-bawa ini?” Kangtae menginterogasi.

Dengan berseri dan berbinar, Munyeong bertanya, “Ada apa ke sini?”

“Kau kan lapar. Makan yuk?”

Kangtae dan Munyeong pun makan sandwich bersama di kafe yang buka 24 jam. Mereka masing-masing sudah memegang sandwich dan minuman, dan sedikit mengobrol tentang memar-memar di wajah Kangtae.

 Mereka masing-masing sudah memegang sandwich dan minuman, dan sedikit mengobrol tentang memar-memar di wajah Kangtae

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Beneran gak mau cerita? Kenapa wajahmu jadi begitu?” Munyeong perlu tahu.

“Berantem,” Kangtae sambil mengunyah.

“Sama pasien?” Munyeong membelalak.

“Aku dipecat dong, kalau gitu.”

“Terus?”

“Kalau tahu, memangnya kau mau apa?"

“Pasti aku hajarlah orangnya.”

Kangtae mendesis dan, “Hyung,” sebutnya, datar.

PSYCHO BUT IT'S OKAYWhere stories live. Discover now