15 - 1 : KARYA TERBAIK

69 7 0
                                    

Sebelum Kangtae datang, Do Heejae membuat Sangtae mabuk dengan minuman keras yang disamarkan sebagai alkohol

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum Kangtae datang, Do Heejae membuat Sangtae mabuk dengan minuman keras yang disamarkan sebagai alkohol. Mereka menunggu di ruang baca Kastel Terkutuk. Saat membawa Sangtae ke sini, Do Heejae mengatakan bahwa Go Munyeong-lah yang mengundang mereka datang untuk bermain. Karena itu, Sangtae percaya dan bersedia dibawa Do Heejae ke Kastel Terkutuk ini.

Sangtae mabuk, “S-seharusnya dia sudah datang, sudah datang.”

“Aneh,” desis Do Heejae, pura-pura, “Penulis Go mengundang kau dan aku ke sini, tapi dia sendiri tidak di sini.”

“Munyeong, Munyeong, sudah baikan dengan Kangtae? Sudah?” Sangtae terus meneguk jus palsunya dan semakin mabuk.

Do Heejae bangkit, “Ah, kalau begini rencanaku bisa gagal. Padahal akan bagus sekali kalau Munyeong juga terbaring di sini bersamamu saat Sitter Moon datang.”

“M-mereka ciuman? Mereka?”

“Aih, manisnya.” Do Heejae kemudian menyentuh kepala Sangtae, dan Sangtae tidak nyaman dengan itu, dia pun jatuh berbaring di sofa, tertidur. Barulah, Do Heejae menghubungi Kangtae dengan ponsel Sangtae.

Kangtae menjawab, “Hyung sekarang ada di—”

“Hey, Sitter Moon,” suara ‘Kepala Park’ dari balik telepon, dan dia tertawa terbahak-bahak, “Hah. Hahahah. Kenapa sih kau selalu mencari kakakmu? ‘Hyung? Hyung? Hyung! Hyung, Hyung, Hyung!’” Dia pura-pura membangunkan Sangtae agar berbicara di telepon dengan Kangtae.

“Ke mana aku harus pergi?” Kangtae berkeras.

“Kastel Terkutuk.”

Apa? Kangtae sangat terkejut. Tanpa banyak pikir, Kangtae pun pergi ke sana dan tiba tidak lama setelahnya. Dia memasuki Kastel Terkutuk, langsung ke ruang baca, dan menemukan Do Heejae di sana.

Merasakan kehadiran Kangtae, Do Heejae yang sedang memandangi foto keluarga baru putrinya di atas perapian, menoleh dan tersenyum pada orang yang baru datang itu kemudian melirik ke arah Sangtae, menunjukkannya pada Kangtae.

Kangtae tercekat dan langsung menghampiri kakaknya sembari berusaha membangunkannya, “Hyung. Hyung! Hyung!” panggilnya, berulang kali, tapi Sangtae tidak mau bangun.

Do Heejae tertawa, “Hahahah! Hah!”
Kangtae pun menoleh padanya, dengan tatapan yang tajam.

“Oh, tatapan macam apa itu? Kau seperti akan menerkamku. Bagus.” Do Heejae memuji.

“Apa yang kaulakukan pada Hyung?” Kangtae menanyai dan, “Oh, tenang saja, aku tidak membunuhnya,” jawab Do Heejae, ringan, “Aku hanya memberinya obat penenang sedikit. Dia akan bangun sebentar lagi. Sayang, Munyeong tidak di sini. Padahal tadinya aku ingin membaringkannya juga di situ dan menakut-nakutimu. Kira-kira siapa yang akan kaupilih? Ouh, aku penasaran sekali. Kau menyembunyikannya?”

“Kenapa kau melakukan semua ini? Apa salah kami?!” bentak Kangtae, menuntut.

“Kau merusak putriku,” jawab Do Heejae, tajam.  Katanya, “Dia adalah karya terbaikku, tapi kau merusaknya.”

PSYCHO BUT IT'S OKAYOn viuen les histories. Descobreix ara