Bab 7

52.4K 2.8K 5
                                    

Happy Reading!

Raina melepas pelukannya, ia menghapus air mata di pipinya, kemudian menatap Farrell.
“Ya sudah, kita istirahat, yuk,” ajaknya.

Farrell menggeleng pelan, pandangannya beralih pada laptop yang tadi sudah dimatikan Raina.

“Kamu tidur saja duluan, aku masih ada kerjaan yang belum kuselesaikan.”

Raina mengangguk. Tanpa berkata apa pun, perempuan itu berjalan menuju kamarnya. Beberapa menit kemudian, Raina hadir kembali dengan membawa sebuah selimut, lantas kembali duduk di posisi semula.

“Aku akan menemanimu sampai kamu menyelesaikan pekerjaanmu.”

Farrell hanya dapat mengangguk menurut. Ia tidak akan memaksa, dan akan membiarkan istrinya itu berbuat sesuka hati, asal masih bisa dianggap wajar dan masuk akal. Farrell kembali memakai kacamatanya, kemudian fokus pada laptop di depannya.

Sementara Raina, ia meminum jus jeruk yang tadi dibuatnya, lantas meletakkan gelas itu lalu beralih mengambil stoples kacang telur.

“Jangan membiasakan diri meminum minuman dingin di malam hari,” pesan Farrell tanpa menoleh sedikit pun. Ia tahu bahwa Raina tidak terlalu bisa meminum es, apalagi ketika di malam hari. Wanita itu sangat mudah terserang flu.

Raina mengangguk seadanya. Ia kembali melahap kacang telur. Raina mengambil inisiatif untuk tidur di pangkuan sang suami, kemudian menyuapi lelaki itu dengan kacang.

Hal itu jelas saja membuat Farrell terkejut bukan main. Lagi, tingkah Raina membuatnya merasa aneh dan belum terbiasa. Namun, daripada harus menyingkirkan, Farrell lebih memilih membiarkan dan berusaha untuk abai dan menerima suapan kacang telur. Farrell menunduk ketika ia tak lagi mendapatkan suapan. Ternyata sang istri sudah tertidur pulas di pangkuannya.

‘Dia terlihat begitu tenang dan imut ketika tertidur seperti ini,’ batin Farrell.

Tangannya terulur untuk memakaikan selimut yang tadi dibawa oleh Raina pada perempuan itu. Ia kemudian mengelus rambut Raina sambil menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Raina. Farrell tertawa kecil saat menyadari apa yang telah ia lakukan.

“Ada apa denganku?” gumamnya. Kepalanya menggeleng beberapa kali, sebelum kembali fokus pada pekerjaannya. Tanggung, tinggal sedikit lagi akan beres.

Tak memerlukan waktu lama, Farrell telah selesai dengan pekerjaannya. Farrell membereskan berkas-berkas dan laptop yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan malam ini dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang membuat sang istri terbangun. Setelah selesai, dengan perlahan Farrell memindahkan kepala Raina di sofa.

Farrell meletakkan alat kerjanya di meja sudut ruangan. Ia kembali menghampiri Raina, kemudian dengan mudah mengangkat tubuh perempuan itu, membawanya memasuki kamar mereka. Farrell membaringkan tubuh itu di atas ranjang. Ia memutar arahnya menuju walk in closet.

Beberapa menit kemudian, Farrell hadir kembali dengan pakaian yang berbeda. Ia tersenyum kecil, sebelum memutuskan untuk naik ke atas ranjang. Farrell menarik selimut hingga sebatas dada mereka. Pria itu menarik tubuh sang istri ke dalam dekapannya. Perlahan, tetapi pasti, Farrell pun menyusul Raina ke dalam alam mimpi. Sepertinya malam ini ia akan tertidur nyenyak.

❄️❄️❄️

Raina membuka matanya ketika telinganya sama-sama mendengar bunyi azan yang berasal dari masjid. Dari suaranya, Raina menebak bahwa masjid itu berada tidak jauh dari rumahnya.

Kening wanita itu berkerut bingung ketika sebelah tangannya bertengger di leher seseorang. Ia juga merasakan sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya. Kepala Raina perlahan mendongak, tepat di hadapannya terpampang wajah tampan sang suami.

Our Dream House (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang