Bab 17

41K 1.9K 18
                                    

Happy Reading!

Rudi menepuk pundak sang istri beberapa kali. Ia juga merasakan apa yang saat ini Reni rasakan. Ia rindu Reina yang bermanja-manja dan melakukan apa pun yang diperintah ketika menginginkan sesuatu. Rudi ingin mendengar suara dan tawa putri kesayangannya lagi.

Putri semata wayangnya itu kini tengah beralih profesi menjadi sang Putri Tidur, yang entah kapan akan terbangun. Apakah sang putri sedang menunggu datangnya pangeran yang menciumnya agar membuatnya sadarkan diri? Namun, konyol jika itu benar, sebab Rudi tahu bahwa dongeng tentang Putri Tidur itu hanya karangan semata, bukan benar-benar nyata.

“Kita berdoa saja, semoga Tuhan berpihak pada kita.” Setelahnya, pria itu membawa tubuh Reni ke dalam pelukannya. Tanpa sepengetahuan sang istri, pria itu ikut meneteskan air mata.

Kesedihan menggerogoti mereka. Anak semata wayang yang sangat mereka sayangi kini tengah terbaring tak berdaya dan mereka tak dapat melakukan apa-apa, selain berdoa dan memohon kepada Yang Maha Kuasa.

“Waktumu habis, Raina. Saatnya kembali,” ucap Kelia tiba-tiba, yang berhasil mengejutkan Raina.

Raina menggeleng ribut. Ia masih ingin berada di sini, menatap lama wajah kedua orang tuanya yang sangat ia rindukan. Namun, tarikan kuat yang berasal dari Kelia membuat tubuhnya tak berdaya.

“Mama!” seru Raina, sebelum kesadarannya direnggut paksa.

Seperginya kedua jiwa itu, Rudi dan Reni melepas pelukan mereka. Reni segera menoleh ke sekitar kala mendengar suara seseorang yang sudah lama tak ia dengar; yang sangat ia rindukan.

“Pa, Papa dengar, ‘kan? Itu suara Raina, ‘kan?” tanya Reni.

Rudi tersenyum tipis. Ia mengusap rambut Reni lembut.
“Mana? Aku tidak mendengar apa pun. Sudah, lebih baik Mama tidur. Sepertinya Mama terlalu lelah hingga berhalusinasi.”

“Tapi, Pa ....”

Rudi segera mendorong pelan punggung Reni, membawanya menuju sofa. Ia memaksa sang istri untuk duduk di sana. Bohong jika ia tak mendengar apa pun. Meski samar-samar, suara itu masih dapat ditangkap oleh indra pendengarnya.

‘Cepat kembali, Nak. Mama dan Papa menunggumu,’ batin Rudi.

❄️❄️❄️

Farrell menghentikan laju mobilnya kala memasuki pekarangan rumah. Pria itu memarkirkan mobilnya langsung di garasi. Sejenak Farrell berdiam dalam mobil, sebelum mengambil tas kerjanya lalu berjalan memasuki rumah.

Tak seperti akhir-akhir ini, malam ini hanya keheningan yang menyambutnya pulang. Tak ada Algha yang sedang belajar, Raina yang menonton televisi, atau tawa Alvarez. Rumah terasa benar-benar sepi. Farrell sendiri memaklumi hal itu, sebab ialah yang pulang terlambat. Sekarang pun sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, yang artinya kedua anaknya itu sudah berdamai dengan alam mimpi, dan mungkin Raina juga sudah tidur.

Farrell melepas sepatunya lalu meletakkan di rak sepatu. Pria itu membawa langkahnya memasuki kamar. Ia membuka kamar dengan pelan, takut-takut jika sampai membangunkan istrinya—yang ternyata benar sudah tertidur. Tanpa menunggu waktu, Farrell segera membersihkan diri.

Tak sampai sepuluh menit, lelaki itu sudah keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar. Sambil mengusap rambutnya menggunakan handuk, Farrell melangkah ke arah ranjang. Ditatapnya dalam-dalam wajah damai istrinya. Raina terlihat sangat cantik dengan wajah polosnya.

Our Dream House (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang