Bab 22

34.4K 1.6K 47
                                    

Happy Reading!

Hal apa yang kamu benci ketika tidur? Nyamuk yang tak henti menggigit dan berdegung di telinga? Mengalami mimpi buruk? Atau, tidur yang tak nyenyak karena diganggu oleh seseorang? Dan bagi Farrell, opsi ketiga adalah pilihan yang tepat, apalagi jika sedang asyik-asyiknya menyelami mimpi indah. 

“Bangun, Mas.”

Farrell mengembuskan napas kasar. Ia membuka mata lalu memandang Raina dengan tatapan lelah. Perempuan itu seperti tak lelah untuk menyuruhnya bangun saat tengah malam begini.

“Kenapa, Rai?” tanyanya kembali, akan tetapi kali ini dengan nada yang berusaha ia buat selembut mungkin.

Raina tersenyum, ia menepuk perutnya sendiri beberapa kali, lantas menatap Farrell sambil tersenyum penuh arti. Bukannya ia ingin mengganggu dan menarik pria itu dari alam mimpinya, hanya saja Raina salah satu tipe wanita yang tak berani jika harus berada di sebuah ruangan sendirian, apalagi hari sudah malam. Bayang-bayang beberapa macam hantu yang pernah ia lihat di film sering kali terngiang-ngiang di ingatannya.

“Lapar, Mas.”

“Ya, kan tinggal makan, Rai,” sahut Farrell enteng.

Raina cemberut. Ia bangun dari tidurnya. Matanya melirik sinis pada sang suami.
“Nggak mau tahu, Mas harus temani aku makan.”

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Raina segera menarik tangan Farrell, lantas membawanya menuju dapur. Tak memedulikan raut wajah sang suami yang sudah terlihat seperti rasa buah jeruk yang dibeli berkat terkena tipuan pedagang di pasar yang berkata bahwa jeruknya sangat manis.

Padahal, rasanya sangat manis, sampai-sampai membuat diri ingin sekali menjejalkan jeruk itu ke pedagangnya agar tahu bagaimana rasa dari buah yang dengan percaya dirinya ia bilang manis itu. Lantas, apakah ini termasuk cara penipuan lewat jalur halal? Ah, membahas tentang penipuan memang tidak akan ada habisnya. Lebih baik kita lanjut saja.

Setibanya di dapur, Raina langsung menyuruh Farrell untuk duduk di kursi meja makan, sementara wanita itu mulai sibuk untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk memasak mi instan ini. Ah, membayangkannya saja sudah membuat perut Raina makin kelaparan.

Farrell yang duduk di kursi menatap Raina dengan mata yang sesekali terpejam. Hingga beberapa saat kemudian, ia tersadar dan benar-benar bangun ketika Raina sudah menghidangkan dua mangkuk mi kuah dengan telur dan beberapa sayuran sebagai campurannya.

“Mari makan,” ajak Raina. Ia meletakkan semangkuk mi di hadapan Farrell.

Perempuan itu bertepuk tangan kecil sembari menatap mangkuk di hadapannya dengan tatapan penuh binar. Kepulan asap tipis-tipis yang berasal dari mangkuk membuatnya ingin cepat-cepat menghabiskan mi yang terlihat menggoda itu. Raina jarang sekali mengonsumsi mi instan begini karena akan selalu ada Rudi dan Reni yang memantau apa saja yang dikonsumsinya. Cukup protektif, tetapi Raina tahu betul maksud mereka. Semua demi kebaikannya sendiri, bukan orang lain.

Oleh karena itu, seporsi mi kali ini terlihat begitu menggiurkan, daripada makanan dari restoran mahal yang rasanya tidak seberapa baginya itu. Raina segera mengambil garpu dan sendok, kemudian mulai melahap makanannya.

Farrell menatap Raina yang terlihat lahap makan. Hal itu tanpa sadar membuat Farrell meneguk ludahnya kasar. Pria itu segera meraih sendok dan garpu lalu ikut memakan mi yang telah disiapkan oleh sang istri. Farrell mengangguk beberapa kali saat cita rasa mi telah terekspos di lidahnya.

Our Dream House (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang