Bab 54

15.9K 1K 26
                                    

Happy Reading!

Raina membawa langkahnya mendekati ranjang rumah sakit di ruangan ini. Dapat dilihatnya sosok sang papa yang tengah terbaring lemah di atas ranjang dengan beberapa alat penunjang hidup yang menempel pada tubuh pria itu. Raina menarik napas pelan, lantas duduk di kursi yang tersedia di samping ranjang.

Ruangan ini rasanya sangat sepi, hanya ada suara elektrodiogram yang terdengar. Entah ke mana perginya Sandra dan Salsa yang harusnya berada di sini untuk menjaga Geo. Namun, Raina tahu, ia tak dapat berharap banyak kepada dua wanita itu. Si ibu sibuk dengan kegiatan sosialitanya—yang hanya dipenuhi dengan ajang pamer kekayaan sang suami, dan Salsa yang selalu berkata bahwa ia sibuk dengan dunia permodelan.

“Papa,” lirih Raina. Di genggamnya tangan Geo. Pria itu masih belum tersadar, karena pengaruh bius.

Sampai sekarang Raina belum mengerti penyebab penyakit jantung Geo kambuh. Yang sangat Raina yakini adalah ada hal buruk yang menimpa sang papa. Kemungkinan yang sangat besar adalah pria itu tidak siap menerima kabar tersebut, hingga pria itu tumbang begitu saja.

Ceklek!

Raina menoleh tatkala mendengar suara pintu terbuka. Di sana, Raina mendapati Fajri dan seorang pria yang mengenakan jas putih khas dokter sedang berjalan ke arahnya.

“Permisi, Nona,” ucap Fajri, sejenak ia menunduk hormat lalu kembali mengangkat kepalanya. “Dokter Efendi ingin menyampaikan sesuatu terkait penyakit Tuan.”

“Saya titip Papa dulu, ya,” ucap Raina kepada Fajri yang langsung disetujui oleh pria itu.

Tatapan Raina mengarah sebentar ke arah Geo yang masih betah berada dalam alam bawah sadarnya. Lantas, perempuan itu pun berjalan mengikuti Dokter Efendi yang juga melangkah keluar.

Beberapa saat setelahnya, keduanya tiba di depan sebuah ruangan yang terdapat tulisan “dr. Ferdy Efendi” di pintu.

Raina berjalan memasuki ruangan tatkala Dokter Efendi membukakan pintu dan mempersilakannya untuk masuk. Sejenak tatapannya menelusuri ruangan bercat putih bersih itu. Tak terlalu ramai, hanya ada ranjang khas rumah sakit, lemari kaca yang dipenuhi dengan berbagai obat-obatan, serta meja dan kursi. Raina lantas mengambil duduk di kursi konsultan yang berada di depan kursi Dokter Efendi dan hanya dipisahkan oleh sebuah meja kayu premium.

“Bagaimana keadaan Papa saya, Dok? Apakah ada yang serius?” tanya Raina ketika Dokter Efendi sudah mendudukkan diri di kursinya.

Sebelum menjawab, pria yang seumuran dengan Raina itu membuka laci mejanya. Ia mengeluarkan sebuah amplop putih dari dalamnya.

“Ini adalah kondisi jantung Tuan Geo saat ini setelah saya melakukan rontgen tadi,” jelas Dokter Efendi, lantas memberikannya pada Raina. “Melihat kondisi jantungnya yang makin buruk dari pemeriksaan terakhir—yang dilakukan sekitar dua bulan lalu, saya sangat menyarankan agar Tuan Geo segera melakukan operasi transplantasi jantung.”

Raina terdiam mendengar penjelasan itu, kemudian wanita itu membuka amplop yang sudah berada di genggamannya. Sebuah lembaran yang menampilkan kondisi jantung Geo seketika menyita perhatiannya. Menarik napas pelan, Raina pun mendongak dan kembali menatap Dokter Efendi.

“Apa jadinya jika tidak sesegera mungkin melakukan operasi, Dok?”

“Yang saya khawatirkan, jika kesehatan jantungnya terus menurun, maka kesempatan untuk sembuh makin kecil,” jawab Dokter Efendi..

“Apakah operasi itu bisa dilakukan secepatnya? Saya ingin papa saya sembuh, Dok,” lirih Raina. Ia kembali menatap lembaran di tangannya dengan tatapan sendu. Meskipun Geo bukanlah papa kandungnya, tetapi perasaan yang dimiliki Raina asli sebagai anak masih tertinggal dalam dirinya. Sadar tidak sadar, Raina juga ikut menyayangi Geo dan menganggapnya sebagai orang tua kandungnya.

Our Dream House (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang