Bab 68

14.4K 725 8
                                    

Happy Reading!

"Tuan, saya sudah menemukan lokasi Nyonya Sandra!" Ucapan itu melesat dari bibir Rizal dengan napas terengah-engah, memenuhi ruangan dengan ketegangan yang langsung terasa. Pria dengan setelan jas rapi itu menatap bosnya dengan mata yang penuh dedikasi sembari berusaha menstabilkan jantungnya yang berdegup kencang setelah berlari agar cepat sampai di tempat yang kini dipijaknya.

Farrell yang tadinya sedang sibuk dengan pekerjaannya yang sedang menandatangani berkas-berkas penting pun mendongak. Kilatan kekesalan melintas di matanya sela beberapa detik ketika ia melihat pintu ruangannya telah didobrak begitu saja oleh sekretarisnya yang terlihat tergesa-gesa itu. Namun, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk marah atau khawatir akan keadaan pintu ruangannya. Ada hal yang lebih mendesak yang membutuhkan perhatiannya.

Farrell berdiri tegak, tak lagi memedulikan berkas-berkas penting yang tadi dikencaninya dengan sepenuh pikiran. Sejenak ia mengibaskan kedua sisi jas mahal yang dikenakannya. Setelah itu, langkah berat Farrell membawa tubuh tegapnya menghampiri Rizal yang kini terlihat sudah berhasil mengatur pernapasannya.

"Segera ke sana!" Suara Farrell memecah keheningan ruangan. Pria itu berjalan begitu saja melewati Rizal.

Sejatinya Rizal yang merupakan bawahan hanya bisa mengangguk patuh atas perintah sang atasan. Selain mengharapkan agar gaji bulanannya tak dipotong karena tak menuruti perintah, Rizal juga berharap besar agar gajinya bisa dinaikkan sebab hal ini sudah di luar urusan pekerjaan kantoran. Memangnya bawahan mana yang tidak ingin gajinya dinaikkan?

"Gaji saya akan dinaikkan, 'kan, Pak?" tanya Rizal, ekspresinya menatap penuh harap pada sang tuan.

Farrell mengangguk, sebuah senyum ramah terlihat di wajahnya.
"Tentu saja, kerjamu selama ini sangat bagus."

Rizal tersenyum senang. Pria itu segera membungkukkan tubuhnya beberapa kali. Kentara sekali ruat bahagia di wajahnya.

"Rizal!"

Suara dengan nada tegas itu membuat Rizal tersadar dari lamunannya. Rizal mengangguk sebagai tanda patuh, lantas bergegas menyusul langkah lebar Farrell. Sialan, rupanya sejak tadi hanyalah imajinasi di dalam lamunannya, hingga menyebabkan raut wajah Farrell yang sejak tadi sudah keruh, kini bertambah lebih buruk lagi.

❄️❄️❄️

"Kita harus segera pergi!"

Suara itu terdengar seiring hadirnya Sandra yang memasuki rumah sembari memegang ponsel. Matanya berkilat marah kala orang yang diajaknya bicara justru mengabaikannya dan terlihat bersantai ria. Wanita itu segera saja menekan tombol pause pada MP3 Player yang tengah menyajikan alunan lagu.

Terang saja hal itu membuat Salsa yang tengah memejamkan mata sembari mendengarkan lagu dengan tubuh berbaring di sofa itu pun membuka mata. Tatapannya menatap aneh pada sang mama yang menampilkan raut gelisah.

"Ada apa, Ma?" tanyanya, usai mendudukkan diri secara benar.

"Kita harus pergi dari sini secepat mungkin, Salsa. Waktu yang kita miliki tidak banyak. Anak buah Mama memberikan informasi bahwa ada beberapa orang berpakaian pengawal yang mengintai rumah kita, sepertinya itu utusan mereka," ucap Sandra, mencoba menjelaskan sesingkat dan sejelas mungkin. Wanita itu berbalik, mulai mengemasi barang-barang yang sekiranya diperlukan.

"Mereka siapa, Ma?" Kerutan dalam terlihat jelas di kening Salsa.

Sandra menghentikan aktivitasnya. Wanita itu menoleh ke arah sang anak yang juga tengah menatapnya.
"Ikuti saja kata Mama!" sentaknya lalu kembali mengemasi barang berharganya.

Our Dream House (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang