Bab 14

41.6K 2K 2
                                    

Happy Reading!

Raina keluar dari kamar mandi yang berada di kamar Alvarez. Si bungsu sudah tampak lebih segar setelah selesai dimandikan. Raina menurunkan Alvarez di atas ranjang mungil anak itu lalu berjalan menuju lemari, mengambil setelan santai yang akan dikenakan anak itu, tak lupa serta-merta mengambil bedak bayi dan minyak telon.

“Kita mau jalan ke mana, Ma?” Pertanyaan itu keluar dari bibir mungil Alvarez kala Raina tengah membalurkan minyak telon ke perutnya setelah melepas handuk yang melilit tubuhnya.

“Alva maunya ke mana?” Raina balik bertanya. 

Alvarez meletakkan ibu jari dan jari telunjuknya—yang membentuk tanda ceklis—di dagu, berpose layaknya berpikir. Namun, detik berikutnya anak itu mengalungkan kedua tangannya di leher sang mama.

“Ke mana aja, asal sama Mama. Hehe.”

Raina tersenyum, lantas mencubit pipi Alvarez gemas.
“Kalo Mama ajak ke kandang singa, mau?”

Alvarez berpikir sebentar. Ia mengangguk, tetapi beberapa detik setelahnya langsung menggeleng.
“Alva nggak mau kalo ke kandang singa, nanti Alva dimakan. Singa, kan selam (seram).”

Raina tertawa menanggapinya. Ia segera memasangkan baju dan celana pada Alvarez agar anak itu tidak kedinginan. Kemudian, Raina menyisir lembut rambut Alvarez, usai memberikan cermin berukuran kecil padanya.

Alvarez sibuk memperhatikan wajahnya sendiri. Beberapa kali ia membuat ekspresi bermacam-macam, sebelum akhirnya mendongak, menatap Raina yang berdiri di depannya.

“Alva ganteng nggak, Ma?” tanyanya tiba-tiba.

Raina mengangguk sembari mengacungkan sebelah ibu jarinya, lantas berdiri untuk menaruh sisir di atas meja.

“Ganteng Alva apa Bang Al, Ma?” tanya Alvarez, lagi.

“Ganteng semuanya,” sahut Raina.

“Kalo sama Papa, Ma. Ganteng mana?” Alvarez tak henti melontarkan pertanyaan.

Raina terdiam sebentar, kemudian dengan mantap menjawab,
“Anak Mama dong. Ayo berangkat jalan-jalan sekarang,” ajaknya. Ia kemudian mengangkat tubuh Alvarez dan memakaikan sepatu untuk anak itu. Jika tidak, mungkin Alvarez tidak akan berhenti melontarkan pertanyaan perihal siapa yang paling tampan.

❄️❄️❄️

Dengan menggenggam jari telunjuk Raina, Alvarez tampak asik berjalan-jalan sembari menolak kiri-kanan. Binar bahagia terlihat jelas pada kedua mata anak itu. Ya, sebab ini pertama kalinya Alvarez berjalan-jalan santai seperti ini. Biasanya, ia hanya akan bermain di dalam rumah, atau paling jauh hanyalah bermain di halaman rumah, itu pun dalam waktu yang terbilang singkat.

“Aduh!”

Pekikan kesakitan yang kemudian disusul tangisan itu menghentikan kegiatan Alvarez. Ia menoleh ke sekitar, hingga matanya menangkap pemandangan seorang anak kecil—yang kira-kira usianya setara dengan Alvarez—yang tengah duduk di atas tanah dengan kondisi lutut yang terluka.

“Ma,” panggil Alvarez pada Raina sambil mendongak.

Raina berjongkok, bibirnya tersenyum sambil mengangguk.
“Sana, Alva bantuin.”

Our Dream House (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang