02

51.2K 3.1K 23
                                    

Deru mobil berlalu-lalang menemani rutinitas sibuk nan padatnya Kota Jakarta yang amat sangat panas. Terik sinar matahari di siang hari mampu membuat sebagian orang memilih berteduh dan menikmati segelas minuman dingin sembari mengelap peluh yang senantiasa mengalir di dahi mereka.

Di dalam mobil berwarna putih yang diam bertenger di tengah-tengah jalan raya karena lampu merah membuat Thalia melirik ponselnya untuk mengecek ada tidaknya pesan masuk yang penting--maklum saja, dia berkali-kali mengecek ponsel karena memang Thalia sesibuk itu orangnya. Ia takutnya ada panggilan darurat dari Rumah Sakit yang membutuhkan tenaganya.

Thalia kembali meletakkan ponselnya di bangku mobil sebelahnya. Ia menuju Pusat Kebugaran dimana di dalamnya terdapat kelas Seni Bela Diri. Ia sering melatih kemampuan bela dirinya di sana dengan 3 orang instruktur. Thalia membekali diri dengan Pencak Silat, Kendo, dan Jujutsu.

Meskipun di bilang berat karena memilih bela diri 3 macam sekaligus, Thalia amat sangat antusias dalam mempelajarinya. Maka dari itu, Thalia tidak takut kalau pun dia tinggal sendirian ataupun keluar sendirian meskipun itu malam hari. Karena itu, Thalia sudah lihai mengatasi kesulitannya jika bertemu dengan orang-orang jahat.

Ia beberapa kali di serang begal ataupun rampok yang keroyokan dan terkadang menargetkan nyawanya. Namun, Thalia bisa menanganinya sendirian dengan mudah.

Hari ini Thalia libur dinas. Setelah 4 hari shift pagi serta 2 kali ia lembur. Thalia bukan lah wanita lemah dan gampang sakit-sakitan meskipun dia memiliki jadwal yang sangat padat. Ia sudah melatih tubuhnya agar selalu prima dan fit. Thalia pergi ke Pusat Kebugaran tidak sendirian, ia ditemani sahabat karibnya, sekarang ia sedang perjalanan menjemput sahabatnya itu.

Thalia menatap kaca mobilnya, kedua iris gelapnya menatap dan memeriksa rambut panjang hitamnya yang terkepang merambat timbul rapi dari atas samping kanan kepalanya dan menjuntai ke bahu kirinya--masih tertata rapi, Thalia menyukai hal itu.

Thalia memang ahli menata rambut sesuai keinginannya, mode mengkepang rambat merupakan hairstyle favoritnya. Karena lebih ringkas dan simpel, meskipun setelahnya meninggalkan jejak rambut yang mengembang jika kepangan tersebut di urai--Thalia tak ambil pusing. Dia juga memakai setelan santai dan casual, di kursi belakang sudah tergeletak kantung kertas berisi pakaian latihan bela diri beserta perlengkapan bersih diri dan make up.

Mobil Thalia berhenti di depan restaurant, dimana ia menjemput sahabatnya. Biasanya Thalia menjemput langsung ke rumahnya, atau kebalikannya dia yang di jemput. Berhubung Thalia mendapat telpon dari sahabatnya tadi pagi dan memberitahu dia bahwa Gian Oktavian nama sahabatnya ini sedang menghadiri acara kencan butanya jam 9 pagi.

Alhasil, Thalia menjemputnya setelah siang, lanjut latihan setelahnya. Lambaian dan senyuman manis Gian tercetak di wajahnya yang cantik. Gian berlari pelan hingga dress pink kalem berayun lembut di terpa angin.

"Sudah lama menunggu?" Tanya Gian yang langsung duduk di kursi sebelah sopir-mengingat Thalia yang mengendarai mobilnya sendiri.

"Mungkin 15 menitan." Jawabnya singkat.

Gian tersenyum tipis, "Maafkan aku, ini aku bawakan lunch box dengan menu favoritmu!" Gian menyodorkan kantung kertas berlogo restorant ternama di Jakarta.

Senyuman terukir di wajah cantik Thalia. "Wah, mantap. Lumayan juga buat cemilan setelah latihan."

Gian mendengus kesal, "Kamu itu, makannya porsi kuli tapi tetap aja langsing."

Thalia tertawa puas mendengar perkataan Gian yang kesal. "Anugerah harus di syukuri!"

Mobil pun melaju dengan kecepatan standar menuju tempat latihan mereka berdua. Gian mengeluarkan buku tebal dari dalam tasnya, ia membuka halaman yang sudah di tandai dan melanjutkan membaca dengan khidmat. Thalia menatapnya sekilas, matanya menangkap judul buku tersebut.

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang