41

13.2K 1K 11
                                    

Ace tersenyum, tangannya meraih tengkuk Thalia dan menariknya mendekat hingga kedua bibir pun bertemu. Kecupan dengan lumatan lembut membuat Thalia terbuai sesaat--entah kenapa ia kecewa saat Ace melepaskan ciumannya.

"Aku akan menghancurkan Kerajaan Orthello. Karena aku berniat membangun Kekaisaranku sendiri yang nantinya aku beri nama Kekaisaran Acelia."

Thalia terperangah "Kau gila Ace! Ap...." Seru Thalia sambil tangannya memukul lengan Ace karena refleks. Hal itu membuat Ace membungkam mulut Thalia cepat--netra merahnya melirik ke arah kusir yang masih tenang mengendalikan kereta kudanya. Thalia ikut melihat kemana arah Ace melirik, ia lupa kalau ada orang lagi di belakang mereka "Maaf," Cicit Thalia setelah mulutnya terbebas.

"Bagaimana kau akan melakukannya? Dasar gila! Tahukah kau, kalau itu sama saja dengan melakukan pemberontakan?" Ujar Thalia masih tak percaya dengan apa yang di katakan Ace padanya.

'Apalagi namanya Kekaisaran Acelia. Kok jadi ingin tertawa ya' Gumam Thalia geli.

"Aku tahu apa yang akan aku lakukan. Aku sudah lama memupuk kekuatan tanpa ada yang mengetahui. Apakah kau mengira aku berangkat ke medan peperangan karena sukarela?" Tanya Ace sontak Thalia menggelengkan kepala sebagai jawaban.

Ace tersenyum, ia mengelus puncak kepala Thalia lembut "Nanti saat kita kembali ke Kerajaan Orthello, aku akan menunjukkannya padamu. Aku ingin kamu percaya padaku." Ujarnya.

Thalia pun terdiam, pikirannya masih berkecamuk dengan berbagai hal. Ia merasa kepalanya mau pecah saat itu juga.

***___***

Setelah perjalanan memakan waktu 30 menit Thalia dan Ace sampai di tujuan mereka. Sebuah bangunan berwarna merah bata menjulang tinggi dan besar. Taman yang luas terletak tepat di depannya, membuat setiap mata yang menatapnya merasakan ketenangan. Terdapat tulisan besar di tengah-tengah bangunan tersebut.

"LABORATORIO DE MEDICINA Y SALUD" Thalia membaca tulisan tersebut.

"Laboratorium Obat dan Kesehatan merupakan pusat dari segala obat yang ada di Kerajaan Renegades. Dan tentu saja, RS tempatmu bekerja juga mengambil beberapa obat terbaik darinya," Jelas Ace. Thalia hanya mangut-mangut saja mendengar penjelasan Ace.

Thalia turun dari kereta kuda di bantu oleh Ace, mereka berjalan beriringan dengan tangan masih saling menggenggam erat sejak mereka bertemu diatas kereta. Ace tidak melepaskan gengaman tangannya, ia khawatir akan kehilangan lagi sosok wanita tersebut. Thalia juga tak mempermasalahkannya, karena ia menyukai apa yang Ace lakukan padanya.

Ace pun segera menemui kepala laboratorium, ia menjelaskan maksud dan tujuan mereka datang ke tempat itu--tentunya tidak dengan alasan yang sebenarnya. Kepala Laboratorium bernama Yudas Bernandet menerima serbuk putih yang Ace serahkan.

"Beri saya waktu 2 hari jika ingin mengetahui kandungan dari racikan serbuk putih tersebut," Ujar pria paruh baya itu.

"Lama juga ya?" Beo Thalia terdengar oleh Tuan Bernandet.

"Tentu Nona, karena obat yang akan kami periksa ini merupakan serbuk racikan. Jadi kami harus berhati-hati dalam menemukan dan menentukan jenis obat apa yang terkandung di dalamnya," Jelas Tuan Bernandet.

"Pastikan kerahasiaan tentang kedatangan saya dan Thalia kesini membawa serbuk tersebut! Kami tidak mau mendapat masalah jika sampai seseorang tahu. Karena ini menyangkut nyawa seseorang!" Pinta Ace yang di sanggupi Tuan Bernandet.

"Baik Tuan Enellius. Saya akan memastikan semuanya aman. Dan saya akan menangani serbuk ini dengan tangan saya sendiri. Saya berjanji!" Jawab Tuan Bernandet.

Setelah berpamitan dan pergi meninggal ruangan Tuan Bernandet. Kini pasangan kekasih itu terdiam di tengah-tengah taman Laboratorium.

"Apa yang akan kita lakukan selama 2 hari karena menunggu?" Tanya Thalia membuat Ace berpikir.

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang