35

15.6K 1.1K 10
                                    

Thalia terpesona melihat pemandangan yang luar biasa menakjubkan di depan matanya. Ia telah sampai di gerbang Kerajaan Renegades, gerbang yang tersusun atas batu-batuan yang tertata apik menjulang tinggi dengan pintu gerbang yang terbuka lebar di kedua sisinya, pintu itu terbuat dari kayu terbaik tebal di lapisi besi dan baja agar kokoh berdiri menahan serangan jika musuh datang menyerang.

Thalia di sambut jalan setapak yang panjang dengan kerumumanan orang-orang yang berlalu-lalang keluar masuk pintu gerbang, di samping kanan kiri terdapat pos penjagaan yang di jaga oleh ksatria pilihan dengan prajurit hebat yang menemani. Seragam berwarna merah maroon dengan rompi besi baja yang simpel membuat tampilan mereka sangat gagah. Di atas pos penjagaan ada bendera yang berkibar, bendera berwarna merah dengan ukiran naga dan api yang mengelilinginya.

"Woww.. Indah sekali!" Seru Thalia dengan mata berbinar. Ia menatap pohon rindang yang berdiri di kanan kiri jalan setapak dan keramaian orang-orang  yang melintas. Ace hanya tersenyum tipis melihat reaksi Thalia. Kedua kuda mereka terus berjalan hingga memasuki pasar-Thalia yang memiliki jiwa suka berbelanja, ia pun segera turun dari kuda dan lebih memilih berjalan kaki dengan mengguring kudanya.

Thalia membeli beberapa kue dan roti yang terkenal enak di Kerajaan Renegades. Tak lupa ia juga membeli aksesoris simpel yang menarik di matanya. Terakhir ia tertarik untuk melihat ke toko barang antik yang menjual aksesoris berbau mistis.

Thalia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru toko, ia mencari sesuatu yang bisa menarik perhatiannya. Ace menunggunya di depan, ia duduk sambil menyantap roti yang Thalia beli dan menjaga kedua kuda mereka.

"Anak muda kau sangat cantik sekali, auramu benar-benar terlihat lebih bersinar dibandingkan yang lain. Sangat berbeda dengan orang-orang yang sering datang ke sini. Dari mana asalmu anak muda?" Tanya seorang lelaki tua yang duduk manis di meja penuh dengan aksesoris.

Thalia menoleh, ia merenung sejak kapan lelaki tua itu duduk disana padahal Thalia sudah 2 kali lewat di depan meja tersebut. Mengesampingkan rasa curiga ia pun mendekat ke arah pria tua tersebut "Selamat siang kakek. Aku berasal dari luar kerajaan ini, aku kesini menemani temanku yang duduk di depan," Jawab Thalia.

Lelaki tua tersebut tersenyum, lalu ia mengulurkan sebuah benda lingkaran kecil seperti gelang yang berbandulkan sayap tapi itu hanya setengahnya saja. Thalia tertegun melihatnya, ia teringat akan gambar sepasang sayap di dada kirinya. Mendadak tangan Thalia mengelus tanda tersebut di balik bajunya.

"Semoga kau di berkahi dewa. Aku memberimu cindera mata sebagai ucapan selamat datang. Aku berdoa semoga kau mencapai tujuanmu dan dapat kembali ke duniamu dengan selamat," Ujar lelaki tua tersebut yang membuat Thalia membelalakan matanya.

"Bagai-" Pertanyaan Thalia terputus akibat Ace datang tiba-tiba mengajak berbicara Thalia.

"Apa kau sudah menemukan sesuatu yang menarik hatimu?" Tanya Ace tiba-tiba. Thalia terjingkat dan menoleh ke arahnya, ia mendengus karena mudah sekali kaget karena pria satu itu.

Thalia kembali menatap kemana lelaki tua tersebut berdiri, akan tetapi ia tidak mendapatkan apapun. Lelaki tua itu menghilang dan hanya meninggalkan gelang di tangannya. Ace mendekatinya dan menatap kearah tangan Thalia yang memegang sesuatu, netra merahnya sedikit berkilat karena terpaku dengan bandul di gelang tersebut.

"Bagaimana kau mendapatkannya?" Tanya Ace yang membuat Thalia mmengangkat tangannya memperlihatkan gelang tersebut lebih jelas kepada Ace.

"Ada lelaki tua yang memberiku ini. Hanya saja lelaki itu menghilang saat kau datang kesini tepat pula saat aku berniat ingin bertanya sesuatu kepadanya," Jawab Thalia dengan nada kecewanya.

'Sepertinya Pak Tua itu tahu tentang diriku. Kenapa menghilangnya cepat sekali? Lantas, bagaimana aku bisa bertemu dengannya lagi?' Batin Thalia bertanya.

I WANT YOUWhere stories live. Discover now