03

49K 3.3K 31
                                    

Dalam kegelapan Thalia tidak merasakan apapun. Ia merasa aneh karena rasa sakit yang dia alami tadi dalam sekejap menghilang. Ia bertanya-tanya apakah seperti ini rasa dari kematian.

Samar-samar terdengar suara bariton, terkesan sangat berwibawa saat orang lain mendengarnya. "Yasmin! Bagaimana dengan keadaan putriku?" Tanyanya disela-sela dia melangkahkan kaki mendekati pinggir ranjang dan duduk di tepiannya. Jemari kekarnya mengelus surai rambut wanita yang masih setia memejamkan matanya.

"Belum Tuan Duke, Nona sampai sekarang pun belum sadarkan diri." Jawab seorang perempuan.

"Sampai kapan kamu akan tidur, Putriku?" Tanya pria itu dan tak ada yang menjawabnya.

Setelah lama mengajak berbicara putrinya yang masih belum sadarkan diri, pria itu beranjak dari tempat dia duduk dan mulai melangkah pergi setelah mengatakan perintahnya pada wanita yang masih setia menemani putrinya.

Thalia terdiam mendengarkan segala suara yang ada di sekitarnya. Setelah kembali hening dan sunyi, Thalia mulai gusar, ia berusaha membuka matanya, ia mencoba meraih ujung dari kegelapan yang telah menguasainya.

Hingga ada satu titik mengeluarkan sedikit cahaya. Susah payah ia mencoba meraihnya dan berkali-kali pula ia gagal menggapainya, Thalia mulai kesal dengan keadaannya. Ketika cahaya itu mulai meredup, Thalia panik. Segera ia mencoba berlari dan menggapai lagi, hingga akhirnya dia berhasil menggapainya dengan jari telunjuk sebelum cahaya itu hilang. Sekejap, cahaya kecil itu melebar dan membuatnya terkejut.

***___***

Terang dan sangat menyilaukan.

Benar, seluruhnya sangat terang dan terlihat dengan sangat jelas. Thalia tersenyum tipis, ia senang berhasil melewati masa kritisnya bergulat dengan kegelapan. Ia mengedarkan pandangannya, dahinya berkerut. Kedua alisnya hampir menyatu. Kedua matanya menatap heran.

Ruangan putih kombinasi warna cream dan ukurannya sangat luas. Melebihi kamar tidur dimana ia biasanya tempati. Segala perabotan berwarna senada, hanya saja ada goresan warna emas di setiap sisinya dan berdiri anggun di setiap sudut ruangan. Jendela besar dengan tirai berwarna cream menjuntai hingga menyentuh lantai.

Jendelanya terbuka sebagian, nampak balkon dengan langit biru yang menghiasi. Udara yang masuk juga sangat segar, terkadang ada angin berhembus membuat surai rambut Thalia menari-nari mengikuti hembusannya.

Thalia merasakan sentuhan lembut di jemari tangannya, ia juga merasakan kasur empuk menjalar di seluruh tubuhnya. Thalia menggerakkan sedikit tubuhnya menikmati sensasi yang jarang ia rasakan--nikmat sekali, senyuman Thalia mengembang sempurna, dia benar-benar terlena dengan suasana surga yang ia tempati sekarang.

'Sangat lembut' batin Thalia senang. Ia merasa sangat nyaman.

"Syukurlah, anda sudah sadar Nona!" Seru wanita yang ia dengar suaranya tadi.

Thalia menoleh dengan tatapan tajam dan tegas, seperti Thalia biasanya menatap lawan bicaranya. Wanita itu menjadi kikuk karena mendapat tatapan intimidasi dari junjungannya.

"Siapa kamu?" Tanya Thalia yang menatap aneh serta heran dengan penampilan wanita di depannya.

Wanita itu terkejut, "Saya Yasmin, Nona." Jawabnya panik. Thalia masih diam dan mengingat-ingat nama Yasmin yang tak asing di telinganya.

Yasmin gusar sendiri, "Nona... Nona Nathalia tidak ingat saya?" Matanya menatap Thalia cemas.

"Saya Yasmin Nona! Pelayan pribadi anda. Dan anda adalah junjungan saya, Nona Nathalia Zeyrav." Jawab Yasmin.

Thalia kembali terkejut mendengar nama Nathalia Zeyrav di sebut oleh Yasmin. Ia mulai berhati-hati. Thalia mencoba mengikuti arus dengan berpura-pura hilang ingatan demi keamanannya sendiri, meskipun Thalia memang benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi.

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang