72

7K 821 15
                                    

Beryllium tersenyum miring. "Kalau begitu, bersiaplah untuk kehilangan nyawamu!" Jawabnya dengan nada penuh ancaman.

Kilatan pedang yang panjang dan tajam mengayun menebas apa saja yang ada di depannya. Cipratan darah kembali mewarnai batang-batang kayu yang berdiri di sekitar mereka. Bau anyir tak membuat hidung para pejuang terganggu, terutama Beryllium yang semakin sadis menebaskan pedang tajamnya ke beberapa pasukan di depannya.

Duke Smith mencari celah agar ia tidak berhadapan dengan Panglima Perang Renegades secara langsung, karena ia tahu kemampuan berperang sang Panglima tak bisa di remehkan. Duke Smith sedikit panik saat tahu Beryllium sudah tak jauh darinya.

"Jadilah lelaki jantan! Kemari, hadapi aku!" Seru Beryllium dengan senyum sinisnya.

Duke Smith tak menggubrisnya, ia lebih fokus untuk memberikan kode kepada bawahannya untuk meledakkan rumah reyot itu sekarang. Tak jauh, prajurit yang mendapatkan mandat segera beralih ke teras rumah. Dengan pemantik sederhana yang sudah ia bawa, bubuk mesiu pun menyala. Percikan api berjalan sesuai dengan jalur yang sudah di tebarkan. Sedikit asap membumbung membuat netra Aquamarine-nya melebar.

"Menyingkir! Ledakan!" Seru Beryllium yang membuat para pasukannya terkejut dan fokusnya terpecah.

Pasukan Duke Smith sudah terlebih dahulu melipir secara perlahan.

DUARRRRRRRRR

Ledakan dahsyat dari tumpukan bubuk mesiu yang tersimpan di dalam rumah tersebut meledak. Membuat sebagian besar pasukan Beryllium tewas karena tak sempat menghindar. Beryllium sendiri terlempar ke belakang dan tubuhnya menghantam pohon besar. Ia memuntahkan darah akibat luka dalam karena benturan.

Rumah reyot itu hancur berkeping-keping, asap hitam membumbung tinggi ke atas langit. Api melahap habis kepingan kayu hingga habis tak bersisa. Aroma dari bubuk mesiu mulai menyerang indera penciuman-sangat pekat.

Beryllium tak menyangka bahwa Duke Smith sudah mempersiapkan sebuah kejutan. Dengan hancur dan terbakarnya rumah reyot tersebut, maka segala bukti di dalamnya juga ikut hancur pula tak bersisa. Pasukan Beryllium yang berhasil mendapatkan sebagian bukti segera mengamankan bukti tersebut beserta prajurit yang membawanya. Mereka memastikan prajurit tersebut tak bisa melepaskan diri.

"Serang!" Seru Duke Smith ketika tahu kondisi Panglima Perang sudah terjepit.

Tanpa ragu Duke Smith meloloskan serangannya kearah Beryllium. Dengan sisa tenaga, sang Panglima segera menangkis dan menyerang balik Duke Smith. Kedua netra Aquamrine-nya menatap sekeliling, jumlah pasukannya sudah sedikit di bandingkan dengan pasukan Duke Smith.

Keputusan terberat bagi Beryllium ialah mundur, ia tak mungkin memaksakan serangan. Beryllium tak bisa membuat prajuritnya mati sia-sia.

Ketika ia akan menyerukan kata mundur bala bantuan pun datang. Pasukan dengan lambang burung Phoniex pun datang. Shadow Knight datang disaat yang tepat.

"Serang!" Seru Raymond. Pemimpin pasukan yang membantu di perbatasan. Sebagian lagi menyerang istana untuk menolong Ace dan Thalia. Kekuatan yang awalnya berat sebelah kini kembali seimbang.

Perlahan pasukan Renegades bisa memegang kendali peperangan. Prajurit Kerajaan Orthello banyak yang berguguran.

"Mundur!" Seru Duke Smith. Pria itu memutuskan untuk menyerah dan kembali menyusun kekuatan untuk membalas kekalahannya hari ini.

***___***

Thalia sudah bersiap dengan outfitnya, atasan hitam yang ringan dan ketat kemudian di lapisi oleh baju besi dengan ukiran berwarna emas membingkai setiap sudutnya. Baju besi melekat sempurna membentuk lekukan tubuh Thalia. Celana ringan panjang membuat kaki jenjang Thalia sempurna, di padu dengan sepatu boots.

Thalia siap dengan perlengkapan perangnya.

Sang suami juga memakai outfit yang sama. Setelah selesai bergegas, mereka segera pergi meninggalkan istana Ace. Tujuan mereka kali ini ialah melarikan diri ke Kerajaan Renegades-jika kondisinya mendesak.

"Kalian sudah siap?" Tanya Duke Aaron dengan raut wajah cemas.

Duke Aaron tak ingin berlama-lama karena beresiko fatal jika sampai tertangkap-permasalahan yang di timbulkan bukanlah perihal sepele lagi. Mereka bertiga bergegas untuk segera pergi dari Istana.

"Aku tak menyangka, semudah itu kalian mengacaukan perta pernikahanku!" Suara bariton tepat di belakang mereka-mereka terdiam dan melihat ke sumber suara.

"Ricard!" Sahut Thalia.

"Nathalia! Aku sudah berusaha untuk membuatmu kembali padaku. Aku sudah merubah semua sifatku hanya untuk menebus kesalahanku dimasa lalu. Lantas, kau membalasku seperti ini?" Nadanya sarat akan marah dan kekecewaan.

"Itu tidak ada hubungannya, Yang Mulia." Bantah Thalia. "Perlu aku ulangi lagi kalau status kita sebagai pasangan kekasih maupun tunangan sudah lama berakhir. Kenapa kamu masih mengusik kehidupanku?" Nada Thalia tak kalah dingin.

"Tidak ada yang berakhir, karena aku memberikan perintah kepadamu! Aku memerintahkanmu untuk menjadi istri sekaligus Ratu." Kata Ricard.

Thalia menggelengkan kepalanya, "Aku tak menginginkan perintah konyol seperti itu! Bagiku, bukan siapa-siapa! Kisah kita sudah lama aku buang. Sadarlah Ricard! Pernikahan karena politik hanya membuat kita berdua tidak bahagia!"

"Aku bahagia, aku akan bahagia. Karena itu, aku menginginkanmu kembali!" Bantah Ricard.

"Tapi lain denganku!" Jawab Thalia singkat.

"Beri aku waktu! Aku akan membuat hatimu kembali padaku!" Ricard bersikeras.

"Cukup! Yang lalu biarlah berlalu, Ricard. Sadarlah! Aku tidak mencintaimu." Thalia menghembuskan nafas kasar "Dari dulu sampai sekarang pun, kau hanya menginginkan sosok di belakangku." Papar Thalia membuat Ricard melongo kaget.

Thalia tertawa saat melihat Ricard terkejut, "Kenapa? Kamu tak menyangka aku bisa mengetahuinya?" Tanya gadis itu. Ia tahu bahwa keluarga kerajaan hanya menginginkan kekuatan keluarga Zeyrav dan bukan dirinya. "Berhentilah sekarang atau semua akan sia-sia! Karena aku sudah tidak sendiri!"

"Apa maksudmu?" Tanya Ricard.

"Aku sudah menjadi istri Ace! Jadi, berhenti melakukan hal yang sia-sia lagi." Jawab Thalia telak.

Ricard menatap Ace dengan tatapan penuh permusuhan. Sedangkan yang ditatap hanya diam dengan wajah terukir senyuman penuh kemenangan. Ia bisa merebut wanita yang dulu Ricard sia-siakan dan hampir membunuhnya.

Kini Ace melihat, mimik wajah Ricard tampak sangat kecewa. Apa yang menjadi keinginannya telah gagal ia dapatkan-Ricard tak mau kalah dalam bersaing dengan siapa pun termasuk Ace sang adik tiri.

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang