49

11.4K 912 14
                                    

Ace kelimpungan mencari Thalia, ia tak menemukan sosoknya. Hatinya gusar karena rasa tak nyaman mulai menyerang dirinya sejak pertemuannya dengan Pangeran Ricard. Ia tidak menemukan Thalia di kediamannya--Yasmin mengatakan kalau nonanya belum kembali pulang. Begitu juga di RS, semua pegawai RS mengatakan kalau Thalia sudah pulang.

Ia bisa saja melakukan teleportasi agar sampai di tempat Thalia berada. Namun, kondisinya belum sepenuhnya sembuh. Ace memaksakan dirinya menggunakan teleportasi untuk mengambil perasat milik Thalia saat gadis itu ingin menyelamatkan istri dari Duke Lorenza.

Jika Ace melakukan teleportasi sekali lagi dengan jarak yang tak ia ketahui, maka Ace berakhir akan melukai dirinya sendiri. Pria itu masih berusaha mencari Thalia dan hasilnya nihil. William mengingatkan Pangeran Ace tentang surat dari Dariel si Ketua Clan Pencari Informasi.

Netra merahnya berkilat, ia frustasi. Tapi, Ace berusaha untuk profesional. Akhirnya, ia dan William pun pergi menuju ruang rahasia yang biasanya mereka pergunakan untuk bertemu.

Di dalam ruangan yang sedikit redup, gelas-gelas berisi bir tergeletak tak beraturan, senyuman dan gelak tawa memenuhi ruangan tersebut. Para wanita yang bekerja mencari nafkah sibuk dengan rayuan serta goyangan erotis mereka di setiap sudut ruangan.

Ace berjalan perlahan dan memasuki area bawah tanah yang menjadi tempat pribadinya dan William untuk bertemu dengan anggota penting Shadow Knight maupun Dariel si ketua Pencari Informasi. Tak ada orang yang tahu tempat tersebut kecuali mereka yang benar-benar di pilih oleh Ace.

Keheningan menerpa, Ace saat memasuki ruangan rahasia miliknya. Ia masih memasang ekspresi lebih dingin dan datar karena suasana hatinya sedang tidak bersahabat. Sifatnya yang protektif dan posesif terhadap Thalia membuat dirinya tampak sedikit kacau.

"Salam Pangeran Ace, semoga dewi keabadian selalu menyertai anda!" Ujar Dariel.

"Terimakasih!" Ucap Ace singkat.

Dariel merasakan aura membunuh milik Ace yang kuat, ia sedikit tertekan akan hal itu. Dalam hati, ia tak ingin membuat kesalahan sedikitpun yang bisa membuatnya mati di tangan seorang tirani. Kedua mata Dariel melirik William yang sedari tadi terdiam menatap mereka berdua

Sorot mata Dariel penuh akan rasa penasarannya yang ia lemparkan kepada William, pria itu menyadarinya sontak ia menggelengkan kepala sebagai tanda ketidak tahuannya. William tak ada waktu untuk membahasnya kali ini.

"Bagaimana dengan informasi yang kau dapatkan?" Tanya Ace dengan nada dinginnya.

Dariel mengambil nafas panjang sebelum ia menjawab pertanyaan Ace. Ia merasa sedikit gugup karena klien di depan matanya sedang dalam mode datar dan dingin.

"Saya menemukan jaringan pengedar obat yang saya curigai sebegai pemicu kasus keguguran. Obat itu berbentuk serbuk putih. Mereka tidak memproduksi obat itu dengan jumlah banyak, karena memang obat itu mudah rusak jika terlalu lama tidak di gunakan."

Ace mengangguk "Aku sudah menyelidiki serbuk tersebut yang memang berisi kandungan berbahaya. Dan mereka bekerja sama secara terorganisir."

"Benar sekali Pangeran! Dan bandarnya memiliki kerja sama yang baik dengan pemilik klinik kecil dengan iming-iming harta sebagai imbalan. Karena tergiur maka para perawat yang memiliki usaha kecil seperti klinik sederhana dengan sukarela membantu mengedarkan serbuk tersebut." Dariel menyesap minumannya sedikit, karena ia merasa tak nyaman pada tenggorokkannya.

Dariel kembali bersandar di kursi "Beberapa hari lalu, ketika Pangeran Ace pergi dengan waktu yang cukup lama, saya memerintahkan beberapa anak buah saya ke bagian obat sebagai petugas kebersihan dan anak magang yang berlatih meracik obat. Mereka pun mulai memata-matai setiap aktivitas di ruangan tersebut. Dan menemukan fakta, bahwa pusat peredaran obat berasal dari RS Denally. Para petugas memberikan serbuk tersebut kepada setiap pasien yang selesai memeriksakan diri dengan dalih vitamin tambahan dengan stok terbatas," Dariel menjelaskan.

I WANT YOUNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ