46

12.5K 1K 5
                                    

Thalia dan Ace melanjutkan perjalanan mereka. Kali ini Thalia akan mengikuti ajakan Ace terlebih dahulu. Mereka berdua tidak melintasi jalur awal yang mereka lewati saat ingin berkunjung ke Kerajaan Renegades. Jalan lain yang mereka tempuh lebih buruk, terjal dan penuh bebatuan. Kuda yang mereka naiki tak bisa berjalan cepat, terkadang Thalia dan Ace harus turun dan berjalan kaki dengan menggiring kedua kuda mereka.

Cahaya bulan mengeluarkan binarnya secara sempurna, akan tetapi cahayanya tak bisa memecah kegelapan di dalam hutan dimana Ace dan Thalia berjalan. Ace membawa obor di tangannya sebagai penerangan. Thalia mengikuti langkah Ace di depannya, ia tetap waspada pada sekitar--entah itu bandit maupun hewan buas semua bisa menjadi ancamannya. Jemari lentik Thalia menggenggam erat pisau lempar miliknya.

"Kau ingin istirahat dulu?" Tanya Ace. Thalia menghentikan langkah kakinya. Ia berpikir sejenak.

"Apa perjalanan kita masih jauh?" Tanya Thalia.

Ace menggelengkan kepalanya "Mungkin sebentar lagi lagi kita sampai,"

"Baiklah, ayo kita lanjutkan saja. Lebih baik kita beristirahat di tempat yang akan kau tunjukkan itu, Ace!" Jawab Thalia.

Setelah berjalan begitu lama akhirnya mereka sampai di tempat yang akan Ace tuju. Thalia melangkahkan kakinya dan berdiri tepat di sebelah Ace. Kedua netra emas madunya membelalak, ia melongo melihat sebuah lapangan luas yang di penuhi oleh tenda-tenda seperti barak pelatihan para prajurit. Kegelapan menyelimuti pemukiman sementara prajurit tersebut.

Di setiap tenda-tenda yang berdiri, ada api unggun menyala untuk menghangatkan beberapa tenda yang berdiri di sekitarnya. Thalia seperti melihat sebuah desa--ralat! Itu bukan desa, tepatnya ia seperti melihat sebuah kota di wilayah pinggiran.

Ada berbagai macam senjata tajam terpajang rapi di rak penyimpanan, peralatan itu terletak di sekitar tenda. Perlengkapan Armor juga terlihat di berbagai sudut, jangan lupa dengan penghuni tenda yang sibuk dengan aktitivas menghangatkan diri serta menikmati waktu malam mereka.

"Woww... Kita dimana?" Tanya Thalia dengan rasa takjubnya melihat pemukiman yang begitu besar di depan matanya.

"Kita berada di barak Shadow Knight!" Jawab Ace.

"Shadow Knight?" Tanya Thalia melihat bendera hitam dengan ukiran emas bergambar burung phoniex dengan latar di belakangnya sebuah pedang bersilang. Bendera hitam itu berkibar di langit malam, sesekali bendera itu menari karena terpaan angin dingin yang mampu menambah kesan suram dan menyeramkan pemukiman Shadow Knight.

"Iya, Shadow Knight merupakan pasukan elit yang sudah aku bentuk sejak lama." Jelas Ace.

Thalia masih tetap melongo, ia lupa cara menutup mulutnya "Bagaimana bisa?" Ucapnya tak percaya.

"Mereka merupakan ksatria, prajurit serta orang-orang penting yang memiliki prestasi di wilayah yang sudah aku tundukkan saat peperangan. Dan ada 2 Putra Mahkota yang dari Kerajaan Whenz dan Kerajaan Papiloida yang sudah hancur dan masuk dalam kekuasaan Kerajaan Orthello. Mereka bersedia tunduk padaku karena ingin membalas dendam pada Raja Liam karena peperangan para Putra Mahkota kehilangan keluarganya." Jelas Ace.

"Lalu, apa yang akan mereka lakukan dengan bergabung bersama Shadow Knight?" Tanya Thalia yang tak berani mengambil kesimpulan.

"Jelas sekali untuk merebut dan menggulingkan Kerajaan Orthello," Ace menjawab singkat.

Thalia menatap Ace ngeri, tepat di depan matanya ia melihat pemukiman besar yang berisi sekumpulan manusia yang membentuk sekutu demi membangun sebuah kekuatan. Dan satu-satunya tujuan mereka ialah menggulingkan Kerajaan Orthello.

"Lalu mereka pasti membutuhkan pemimpin untuk memimpin mereka semua...." Kata-kata Thalia terhenti "Jangan-jangan kau pemimpin mereka Ace?" Tebakan Thalia membuat Ace tersenyum penuh makna.

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang