86 - Thalia's Revenge

3.6K 527 15
                                    

"Hadiahku akan berakhir buruk jika kamu tidak bisa mengendalikan diri." Suara itu kembali terdengar oleh Thalia.

Semua indra ditubuhnya sudah membeku. Hanya satu yang ia rasanya, menyalurkan rasa amarah yang ada didalam hatinya.

Duke Smith berusaha bangun. Thalia kembali menghantam dadanya dengan tangan kanannya. Tubuh pria itu kembali terlempar jauh kebelakang.

Duke Smith memuntahkan darah karena ia mendapat luka dalam di area dadanya. Wanita itu masih berjalan menghampiri Duke Smith, sorot matanya tidak ada yang berubah.

Pria paruh baya itu merapalkan mantra, ia menyerang Thalia dengan sihirnya. Sihir hitam melayang dengan cepat kearah Thalia yang sudah menyunggingkan senyum sinisnya. Tidak ada rasa takut didalam hatinya, hanya rasa amarah yang mendominasi.

Thalia mengayunkan tangannya, ia membuat perisai pelindung untuk dirinya sendiri. Sementara tangan yang lain membuat sihir penangkal yang bisa mengurai serangan sihir lawan. Bak air yang menguap, sihir hitam itu mengurai dan menghilang.

"Kesalahanmu ialah mengusik kehidupanku." Sahut Thalia dengan nada dinginnya.

Ia menggunakan teleportasi perpindahan dimensinya. Tepat berdiri didepan Duke Smith, jemari tangan Thalia segera mencengkram leher pria paruh baya tersebut.

Duke Smith berusaha memberontak, ia memukul dan berusaha mencelakai Thalia. Usahanya sia-sia ketika Thalia meniup wajah Duke Smith, sisa energi milik pria itu mendadak menghilang. Seperti pemberian obat bius yang membuat otot tubuh tiba-tiba melemah dan tidak berdaya.

Seringaiannya semakin melebar, ia belum puas melihat tatapan takut milik pria paruh baya didepan matanya.

"Aku tidak pernah mengusik kehidupan kalian. Tapi, kalian selalu mengusik kehidupanku." Ujar Thalia dengan tatapan tajamnya.

Netra heterochromia-nya bergetar cemas menatap wanita yang sudah membara ingin memangsanya. "Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya membantunya, meraih segala kebahagiaannya." Jawab Duke Smith. "Kamu lah yang menghalangi rencana kami. Seharusnya Julie sudah berada didepan mataku jika kamu tidak merusak semuanya." Sambungnya tercekat.

Thalia mendengus kesal, "Aku akan membunuhmu sama seperti kamu membunuh suamiku."

Duke Smith melebarkan kedua matanya, "Kamu tidak akan bisa melakukannya."

Sekuat tenaga, Thalia menghempaskan tubuh Duke Smith ketanah. Pria itu menjerit, ia merasa tubuhnya remuk seketika. Thalia merapalkan sebuah mantra yang sempat ia hafalkan ketika bertemu dengan bibi Ace, Leonor.

Kedua mata merah berkilat penuh amarah dan menatap nyalang Duke Smith. Perlahan tubuh Duke Smith terselimuti aura kegelapan yang pekat. Sebuah sihir hitam yang tampak mata dan mampu membuat hancur jika terkena sihir tersebut.

Suara jeritan Duke Smith semakin keras, sihir kegelapan yang menjalari tubuhnya perlahan menghancurkan tubuh itu dari dalam dan luar. Duke Smith merasa tubuhnya dirajang dan dikuliti hidup-hidup. Menjalar dari ujung kakinya perlahan hingga mencapai tubuh bagian atasnya. Hanya rasa sakit yang mampu Duke Smith rasakan, kakinya seakan ditarik, dipukul, dan dikuliti hingga mau putus, semua kuku jari kakinya seakan ditarik hingga terlepas dari kulitnya.

Duke Smith ingin memuntahkan isi perutnya, ia merasa mual dan perih seperti dipelintir. Bernafas pun sangat sulit, karena ia merasa berat di bagian dada bak tubuhnya di timpa benda besar dan berat. Rasa panas dan sakit kepala hebat menyerangnya, akibat berkurangnya pasokan oksigen kedalam otaknya.

Perlahan darah mengalir keluar dari lubang tubuhnya yang menandakan tubuh Duke Smith tidak bisa lagi menolerir sihir hitam yang menyerangnya.

"Bunuh aku sekarang juga. Jangan menyiksaku seperti ini!" Seru Duke Smith.

"Lebih baik mati perlahan-lahan bukan? Akan sangat merugikanku jika kematianmu datang lebih cepat." Thalia tertawa pelan.

Sekejap aura sihirnya semakin menggelap, dibarengi dengan teriakan Duke Smith yang semakin menyayat telinga. Raja Helium menatap nanar nasib Duke Smith. Ia tahu sihir apa yang di gunakan Thalia pada pria tersebut dan siapa pemilik dari sihir tersebut.

Leonor adiknya pemilik sihir mengerikan tersebut. Raja Helium yakin bahwa gadis didepannya itu terlibat dengan adiknya.

"Hentikan, Lady Nathalia! Dia bisa mati." Raja Helium mencoba berbicara.

"Dia tidak akan mati. Aku ingin menyiksanya sedikit." Balas Thalia.

"Tapi kau bisa membunuhnya." Raja Helium mencoba memberikan penawaran, "Lepaskan dia. Aku janji akan memberikan hukuman yang pantas untuknya."

Ia menatap datar Duke Smith yang mengeliat kesakitan. Thalia beranjak mendekati Duke Smith yang masih kesakitan, ia mengacungkan jari telunjuknya kearah dahi milik pria paruh baya tersebut. Sebuah sinar berwarna kebiruan muncul diantaranya, hanya beberapa detik sinar tersebut menghilang.

"Baiklah, aku akan menyerahkannya padamu. Aku juga sudah menyegel ilmu sihir ditubuhnya. Berjanjilah untuk memberikan hukuman yang pantas padanya. Meskipun hukuman mati adalah hukuman terbaik tapi aku ingin kamu menyertai hukuman lain yang mampu membuatnya menginginkan kematian." Balas Thalia. "Aku ingin mereka mendapatkan hukuman yang pantas untuk membayar semua perlakuannya padaku, suamiku, dan semua korban yang terlibat dengannya." Sambung Thalia.

Raja Helium tersenyum dan mengangguk, ia seakan mengerti ada sesuatu yang ganjal terjadi pada wanita didepan matanya itu, "Aku mengerti."

Pria itu mendekati Thalia, ia menarik tubuh Thalia dan memeluknya erat. "Jika memang kamu ada hubungan dengan mereka adik-adik manisku. Maka, sampaikan salamku padanya. Aku menyayangi mereka berdua." Ucapnya.

Thalia terpaku, hatinya berdesir karena mendengar Raja Helium menyinggung adik-adiknya yang tidak lain ialah Leonix dan Leonor. Tiba-tiba tubuh Thalia merosot kebawah. Seakan tenaganya menghilang seketika. Raja Helium menahan tubuh Thalia agar tidak jatuh dan terluka. Disisi lain, Duke Smith sudah tidak berteriak lagi, pria itu tidak sadarkan diri setelah sihir hitam menghilang dari tubuhnya.

Sihirnya menghilang.

"Lady Nathalia. Bangunlah." Ia menepuk-nepuk wajah Thalia lembut.

Manik merahnya tidak sengaja melirik tanda sayap di dada kiri Thalia. Senyum tipis terukir diwajahnya yang berwibawa. "Jadi ini yang membuatmu jadi bertingkah seperti adik-adikku. Meskipun kematian sudah membatasi mereka tapi keterlibatan kalian benar-benar langka dan penuh misteri. Pasti tanda ini pemberian Ace dengan alasan ingin melindungimu, Lady Nathalia." Gumam Raja Helium.

Tidak lama Thalia membuka matanya perlahan. Iris matanya kembali gelap tampak gusar mencari sosok seseorang. "Ace!" Panggilnya dengan suara parau.

"Kamu sudah sadar?" Tanya Raja Helium.

Thalia segera menarik dirinya dari pelukan Raja Helium. "Maaf telah lancang memeluk Yang Mulia." Sahutnya menunduk pelan.

Ia segera berdiri dan beranjak kearah Ace. Tangisnya pecah melihat tubuh suaminya yang sudah mulai mendingin. Ia tidak ingin kehilangan pria yang sudah merebut separuh hatinya.

"Apa tidak ada cara untuk menyelamatkannya?" Tanya Thalia sesenggukan. Wanita itu benar-benar merasa terpukul. Netra hitam pekatnya menatap Raja Helium penuh harap.

Raja Helium menghela nafas panjang. "Ada. Tapi harganya sangatlah mahal. Apa kamu yakin?"

Thalia menatap nanar kearah Raja Helium dan Ace bergantian, ia terdiam dan mendengar setiap penjelasan Raja Helium padanya. Hatinya benar-benar terguncang.

Thalia tidak mampu kehilangan Ace, bagaimana jika itu terjadi sebaliknya?

Harga yang sangat mahal.

Nyawanya sendiri.

🌹🌹🌹

Chapter ini aku rombak ulang wkwkwkwk
Sedikit tidak sreg dengan hasil awal...

Tapi aku cukup menerima dengan rombakan ini.. wkwkwkwk

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang