18

30.1K 1.9K 14
                                    

Sontak membuat kedua mata Thalia sukses menatap mata merah Ace. "Apa?"

"Berhubung kamu ada di RS ini dengan waktu yang lama serta nantinya kau juga bakal ikut bergabung menjalankan RS ini. Aku butuh bantuanmu untuk mengawasi segala bentuk kejanggalan yang ada di sini," Ace menatap serius Thalia.

"Eh, mengawasi segala bentuk kejanggalan," beo Thalia. "Maaf Ace, apa tidak salah dengan jalan pikiranmu. Kau menyuruhku melakukan hal serumit itu di RS sebesar ini?" Tanya Thalia dengan nada memprotes.

Ace terkekeh dan menggelengkan kepalanya, "Aku ralat sedikit, segala kejanggalan dimana kau ahli dan berkecimpung di dalamnya?" Ujar Ace.

"Ohh," Thalia mengangguk, bibirnya membentuk huruf O.

"Sejujurnya aku di sini tidak sendiri, aku bersama tangan kananku William sedang membuntuti seseorang yang melakukan pertemuan dan transasksi  secara sembunyi-sembunyi. Tadi aku sempat melihat mereka berdua, satu laki-laki dan satunya perempuan dengan membawa sebuah kendil yang terbungkus kain putih. Saat aku ingin mendekat dan menangkapnya, tapi aku di hadang beberapa pria berbaju hitam yang sempat beradu denganmu tadi. Setelah itu aku kehilangan jejak orang yang membawa kendil tersebut. Satu lagi, si perempuan itu juga menghilang ketika memasuki area RS ini," Ace menjelaskan kronologinya kenapa ia di serang. "Sepertinya, isi dari kendil itulah yang penting. Sampai-sampai mereka melakukan pergerakan secara sembunyi-sembunyi."

"Lantas, Tuan William kemana? Kenapa kamu bisa berakhir terjebak sendiri," Tanya Thalia.

"Aku memintanya mengikuti pria yang membawa kendil tersebut, mungkin dia berusaha mencarinya. Aku mengikuti wanita itu di sini sambil mengalihkan para kelompok pembunuh bayaran tersebut," Jawab Ace.

"Mereka terlalu bodoh tidak sih, jika memilih tempat untuk bertemu?" Thalia mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa harus di lingkungan RS dan tidak di tempat yang lain?" Lanjutnya bertanya.

"Kemungkinan mereka berfikir tidak akan ada yang curiga, jika mereka melakukan pertemuan rahasia di sekitar RS. Orang-orang pun masih berfikir wajar, meskipun membawa bungkusan, kendil, obat ataupun uang." Jelas Ace.

"Menurutku, setelah ini akan lebih sulit lagi kau mencari kedua orang itu Ace. Karena mereka akan lebih berhati-hati lagi setelah ketahuan." Sambung Thalia.

"Aku tahu, tapi aku yakin pasti mereka akan melakukan pertemuan untuk bertransaksi lagi dengan tempat yang berbeda dan masih dalam lingkup RS. Maka dari itu aku memerlukan bantuanmu." Ujar Ace pada Thalia.

Thalia tersenyum samar, "Tapi, tidak gratis ya!" Ucapnya membuat Ace terdiam.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Ace.

"Menjauh dan jangan ikuti aku!" Ujarnya.

Ace menatap Thalia dengan wajah datarnya "Kalau itu aku tidak setuju."

Thalia melebarkan matanya "Kenapa tidak setuju? Kau itu menakutkan! Aku selalu waspada jika berada di sekitarmu."

Ace berdehem dan menatap langsung mata emas madu milik Thalia, "Kenapa kau merasa begitu?" Tanyanya dengan nada sedatar mungkin.

Thalia gugup sontak memutus tatapan matanya, ia merasa tak nyaman dengan tatapan Ace. "Tidak tahu, aku hanya tak nyaman saja," Jawab Thalia singkat.

"Kau percaya rumor itu?" Tanya Ace ingin memastikan.

Thalia mengangguk, "Meskipun, aku tak pernah tahu bagaimana kau sebenarnya. Tapi aku memang takut padamu."

Ace memejamkan mata dan menghela nafas panjang. "Justru aku lah, orang yang seharusnya takut padamu, Thalia. Kau ini satu-satunya perempuan yang bertindak bebas tapi tenang, tak takut peraturan, dan berani," Jelas Ace, kedua netra merahnya terpejam. Ia menghela nafas panjang. "Apalagi saat terlibat perkelahian dengan senjata, kau benar-benar tidak memandang takut kearah lawan dan berani menebas tanpa rasa ragu. Padahal kamu ini wanita, aku tidak pernah bertemu wanita sepertimu sebelumnya. Hal itu membuatku takut, jika aku berbuat suatu kesalahan kau pasti akan langsung menebasku," Ungkap Ace.

I WANT YOUWhere stories live. Discover now